Kamis, 08 November 2012

Jaringan Mahasiswa Pejuang (JMP) Surabaya, Menggelorakan Spirit Perjuangan Pemuda




(Surabaya 9/11) Memperingati hari pahlawan 10 november, tidak pernah dilepaskan dari kota Surabaya yang memiliki ikon sebagai kota pahlawan itu sendiri. Namun heroisme kota pahlawan kini seolah redup di bayang-bayangi  perayaan glamour yang bahkan sering menghilangkan esensi kepahlawanan.  Padahal sejatinya memperingati Hari Pahlawan merupakan salah satu upaya pelestarian sejarah bangsa, seperti halnya mendirikan monumen dan museum. Bedanya, pelestarian ini dalam wujud sikap dan tindakan, sedangkan monumen dan museum lebih ke dalam bentuk benda-benda peninggalan sejarahnya.
Lebih lanjut Dalam hiruk pikuk Surabaya yang semakin padat, kini  mulai kehilangan identitas kepahlawanannya. Sendi kehidupan masyarakat cenderung dihiasi gemerlap kapitalisme hingga menutup mata masyarakat terhadap perjuangan arek-arek suroboyo tempo dulu. Bahkan bisa jadi mereka yang berperan atas peristiwa perobekan bendera merah putih biru menjadi merah putih di hotel Yamato kini menjadi veteran tua yang diabaikan, bukan hanya pemerintah tapi oleh masyarakat sekitar yang tanpa sadar telah menikmati jasanya.
Ketika identitas kepahlawanan kota Surabaya dan pejuang Surabaya dipinggirkan, harusnya kita mulai sadar akan pentingnya keberadaan Surabaya yang 67 tahun lalu dan kini. menjadi medan laga pertempuran fenomenal diperang dunia II, karena di tangan arek-arek surabayalah untuk pertama dan terakhir kalinya jenderal sekutu tewas dalam pertempuran selama perang dunia II. Hingga kemudian menyulut kemarahan pasukan sekutu yang selanjutnya pada 10 November 1945 membombardir rakyat Surabaya karena bersikeras untuk jihad membela kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
Kini bukti-bukti sejarah heroisme mulai memudar berganti dengan bukti cengkeraman kapitilisme yang diejawantahkan sebagai gedung pencakar langit Surabaya. Harusnya pemerintah mulai memperhatikan dan memberi alokasi kusus guna melestarikan budaya heroisme dengan menjaga bukti-bukti ontentiknya yang berupa gedung-gedung bersejarah yang akhirnya menjadi “pepiling” akan betapa ksatriyanya arek-arek suroboyo.
Maka dari itu, melalui tema 10 Nopember 1945 Sebagai Spirit Perjuangan Pemuda, kami dari Jaringan Mahasiswa Pejuang Surabaya yang terdiri dari GMNI, PMII, GMKI, PMKRI, HMI dan LMND pada 9 nopember 2012 di Jembatan Merah Surabaya, berupaya mengajak masyarakat dan pemerintah untuk tidak lupa akan pahit getirnya sejarah, sehingga melalui pelajaran dari lembaran yang termaktub didalamnya kita bisa menemukan spirit yang dapat menggairahkan kita untuk sadar memperjuangkan bangsa. Acara yang juga disisi dengan menyalakan Seribu Lilin Kepahlawanan ini juga merekomendasikan poin-poin berikut:

1. Pemerintah saatnya lebih memperhatikan kehidupan dan kesejahteraan para Veteran yang tak lain adalah pelaku sejarah fenomenal kota Surabaya.
2. Pemerintah Pusat sudah seharusnya memberi Dana Alokasi Khusus (DAK) guna pelestarian Cagar Budaya Kota Pahlawan yang merupakan saksi bisu heroisme Surabaya.
3. Mengusulkan agar ikon kota pahlawan Surabaya bukan hanya pemanis bibir, malainkan merealisasikan Surabaya sebagai kota sejarah. Mengingat terdapat berbagai pristiwa sejarah penting Indonesia terjadi di kota Surabaya


Minggu, 28 Oktober 2012

Peringatan 84 Tahun Sumpah Pemuda, Suatu Refleksi Kritis Aktifis Kota Pahlawan

Surabaya minggu (28/10/2012). Puluhan Aktifis kota pahlawan yang tergabung dalam kelompok cipayung diantaranya GMNI, PMII, GMKI, HMI, bersama Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) menggelar orasi di depan taman Bungkul Surabaya, Mereka mempringati 84 tahun Hari Sumpah Pemuda.

Selain membawa sejumlah bender...
a organisasi mereka juga membentangkan poster berisikan harapan kepada semua masyarakat hususnya para generasi muada. Kordinator lapangan dipimpin oleh Johanes Karel Kasihiuw Ketua LMND Surabaya.

“Kuatnya arus globalisasi yang digawangi oleh negara-negara maju, telah menimbulkan banyak perubahan karakter pemuda. Perubahan tersebut tidak hanya merubah sistem ekonomi, system pendidikan, tetapi juga menggerogoti sendi-sendi kebudayaan bahkan mengikis jati diri bangsa. Untuk itulah kita semua patut untuk menguatkan kembali identitas kearifan local sebagai benteng pemuda dalam menghadapi arus globalisasi. Ungkap M. Ali Shodikin ketua GMNI Surabaya.

Didalam memaknai arti Sumpah Pemuda, Ali Shodikin lelaki yang bias dipangil Prabu Ali menjelaskan “Sudah saatnya pemuda berperan dalam proses pengambilan kebijakan karena hari esok adalah milik mereka para pemuda generasi penerus bangsa.

Lanjut lelaki yang memakai jas merah “kedepan pemuda harus berani menjadi aktor dalam proses pengambilan kebijakan, pemuda harus berani mengambil langkah sebagai Official actors”. Official actors adalah mereka yang terlibat dalam proses pengambilan kebijakan publik melalui status atau kewajiban konstitusionalnya. Tegas ketua GMNI Surabaya.

Sambung Johanes Karel Kasihiuw “Kompas yang harus dijadikan panduan dalam mengelola bangsa dan negara ini, siapapun yang memimpin. Negara harus menjadi motivator dan penggerak segenap lapisan tanpa meninggalkan kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipikul sesuai amanat pembukaan UUD 1945. katanya

Pandangan yang hampirsama disampaikan oleh Januar S Kaimuddin, menurut dia begitu banyak tantangan yang harus kita taklukkan didalam mengisi kemerdekaan yang telah diwariskan oleh para pejuang terdahulu. "Bangsa dan Republik ini adalah hasil jerih payah perjuangan masyarakat daerah yang saat itu memiliki kesamaan nasib, kesamaan sejarah, dan kesamaan cita-cita untuk hidup bersatu,". Jelas lelaki yang menduduki jabatan ketua umum HMI cabang Surabaya

Setelah berorasi kurang lebih dua jam, refleksi Sumpah Pemuda ini kemudian diakhiri dengan melakukan konvoi bersama dari Jl. Darmo menuju Makam WR Soepratman. Mereka satu persatu melakukan tabur bunga diatas pusaran Pahlawan Nasiona pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.

“Kami sengaja melakukan puncak perayan hari supah pemuda kali ini di makam WR Soepratman, sebab beliau adalah salah seorang yang berjasa serta mempunyai peran yang sangat penting didalam konres Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.” Untuk itu ita sebagai generasi muda jangan sekali-kali melupakan sejarah papar Mohammad Khusnyaini selaku ketua cabang PMII Surabaya.[al]

Selasa, 16 Oktober 2012

Kaderisasi Bersama DPC GMNI Surabaya


SILABUS KADERISASI
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia*
(M.Ali Shodikin SHI) 
Ketua DPC GMNI Surabaya 2012-2014


Landasan Pemikiran

            Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah sebuah organisasi gerakan yang berbasiskan intelektual muda (mahasiswa) yang memiliki cita-cita terwujudnya sosialisme Indonesia sebagai satu sinthesa yang berdasarkan atas asas marhaenisme yaitu : sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.        
Namun di lain pihak, ternyata sejarah perkembangan kapitalisme telah berimplikasi terjerumusnya kehidupan rakyat Indonesia dalam sebuah penderitaan panjang berupa penindasan dan penghisapan kapitalisme dan imperialisme negara-negara maju. Ketidakberdaulatan politik, ketergantungan ekonomi,  serta kehancuran mental dan moral budaya bangsa, adalah sebuah realitas sejarah dimana rakyat Indonesia menjadi tumbalnya. Dan realitas sejarah tersebut telah menjauhkan cita-cita bangsa yang menginginkan terwujudnya masyarakat adil dan makmur zonder exploitation de l’homme par l’homme dan zonder exploitation de nation par nation. Padahal cita-cita bangsa tersebut merupakan cita-cita ideologi yang diemban oleh GMNI yaitu terwujudnya sosialisme Indonesia.
Oleh karena itu, dengan mencermati realitas di atas, telah menjadi tanggung jawab seluruh kader GMNI untuk menegakkan kembali cita-cita sosialisme Indonesia tersebut demi amanat penderitaan rakyat (AMPERA). Revolusi adalah pilihan perjuangan yang akan dilakukan GMNI. Revolusi yang berarti perubahan secara cepat dan radikal; revolusi yang tidak mengenal titik, melainkan terus mengalir sampai akhir jaman (panta rhei); revolusi yang bersifat merombak mental dan moral bangsa untuk dikembalikan kepada jati diri masyarakat marhaenis yaitu humanis, gotong royong dan anti penindasan.
Dengan tugas dan tanggung jawab tersebut, maka GMNI sebagai alat pendidikan kader harus mampu membentuk, menggembleng dan mencetak generasi muda sebagai kader pelopor yang progressif, revolusioer dan radikal, untuk memimpin jalannya revolusi dalam upaya mewujudkan sosialisme Indonesia yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
            Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka GMNI merasa perlu untuk menyusun Silabus Kaderisasi yang akan menjadi acuan resmi organisasi sebagai upaya mencetak kader-kader yang diharapkan mampu menjadi pelopor dan pemimpin revolusi Indonesia. Dengan terbentuknya silabus kaderisasi, diharapkan sistem pengkaderan GMNI akan lebih sistematis, terarah sehingga mendukung terbentuknya kader-kader yang ideologis, progresif, revolusioner dan berkepribadian. Untuk itu maka di dalam silabus kaderisiasi GMNI, sistem pengkaderan diputuskan untuk  dibagi dalam 4 tahapan kaderisasi yaitu :

1.      Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB);
2.      Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD);
3.      Kaderisasi Tingkat Menengah (KTM);
4.      Kaderisasi Tingkat Pelopor (KTP).



Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB)


Maksud

            PPAB adalah masa penerimaan anggota baru GMNI yang ditujukan kepada seluruh mahasiswa Indonesia. PPAB berfungsi sebagai alat pengenalan organisasi kepada seluruh para calon anggota agar dapat memahami peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab GMNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pelaksanaan PPAB tersebut diharapkan para calon anggota akan terbangun kesadarannya khususnya tentang kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai generasi muda terhadap masa depan dan cita-cita bangsa.
  

  Tujuan

            Tujuan PPAB adalah membangun instuisi kesadaran para calon anggota. Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran akan ruang dan waktu dimana calon anggota telah memahami dan meyakini bahwa membangun kehidupan bangsa adalah benar-benar menjadi tugas dan tanggung jawabnya yang harus diimplementasikan, dan GMNI adalah wadah dalam upaya mengimplementasikan tugas dan tanggung jawabnya tersebut.

Materi

            Selama pelaksanaan PPAB, para calon anggota diberikan masukan-masukan materi yang diharapkan akan membantu para calon anggota dalam membangun kesadaran dan visi akan peran dan tanggung jawabnya sebagai generasi muda bangsa. Materi-materi tersebut antara lain : Ke-GMNI-an; Nasionalisme dan Patriotisme Indonesia; serta Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.

Format Pengkaderan

            Materi disampaikan dengan cara kuliah umum (ceramah). Ceramah berfungsi sebagai alat pendorong dan stimulus pemikiran bagi para calon anggota dalam upaya memahami materi dan persoalan yang diketengahkan. Materi ceramah harus tetap berpijak pada teori dan realitas yang relevan agar mampu dicerna secara baik oleh para calon anggota.
Metode kedua adalah dialog. Dialog tidak diartikan pada sebatas proses tanya jawab antara pemateri dan calon anggota, tetapi dialog diartikan sebagai proses tukar pikiran antara pemateri dan para calon anggota. Proses dialog bertujuan untuk membangun keberanian para kader dalam mengemukakan pemikiran-pemikirannya. Di samping itu, dengan dialog tersebut panitia dapat melihat dan menilai tentang metode berpikir dan cara pandang yang dipakai oleh calon anggota dalam menangkap dan menganalisa persoalan-persoalan yang didasarkan pada materi yang mereka serap.
Metode ketiga adalah diskusi. Diskusi dilakukan dengan cara memberikan sebuah persoalan kepada para calon anggota untuk dianalisa dalam sebuah diskusi terbuka yang melibatkan pemateri, panitia dan para calon anggota. Persoalan yang diberikan tetap harus diarahkan pada persoalan yang masih berkaitan erat dengan materi-materi yang telah diberikan. Dengan diskusi tersebut diharapkan para calon anggota akan lebih mudah memahami dan menganalisa materi-materi yang telah diberikan selama PPAB. Masa waktu pelaksanaan PPAB paling lama 2 (dua) hari.

Pelaksana

            PPAB dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang dibentuk dan disahkan oleh Pengurus Komisariat GMNI. PPAB dilaksanakan minimal satu kali dalam satu periode kepengurusan komisariat. Kepanitiaan PPAB dapat dibentuk dalam satu komisariat maupun lintas komisariat (kepanitiaan bersama). Pelantikan peserta PPAB menjadi anggota GMNI dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang bersangkutan.

Kerangka Acuan


Materi Ke-GMNI-an
Materi ke-GMNI-an ditujukan untuk mengenalkan GMNI sebagai organisasi kepada para calon anggota. Pengenalan organisasi GMNI tersebut meliputi sejarah GMNI, AD/ART GMNI dan peran GMNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesejarahan GMNI ditinjau dari sejarah pertarungan ide dan pemikiran yang bersifat ideologis. Dan GMNI adalah sebuah pilihan final untuk mewadahi pertarungan ide dan pemikiran tersebut. Kesejarahan pertarungan ide dan pemikiran itu dapat dianalisa dari runtutan kongres ke kongres dimana di dalamnya terjadi dinamika gerakan dan perjuangan GMNI dalam upaya mewujudkan cita-cita marhaenisme.
Pemberian materi AD/ART GMNI ditujukan untuk mengenalkan sistem keorganisasian di tubuh GMNI, khususnya tentang aturan hukum (rule of law) dan aturan main (rule of game) yang berlaku di GMNI. Dengan pengenalan AD/ART tersebut maka para calon anggota diharapkan akan mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan mekanisme keorganisasian yang berlaku di tubuh GMNI. Pokok-pokok yang menjadi prioritas materi dalam pengenalan AD/ART tersebut antara lain : pembukaan Anggaran Dasar yang menerangkan tentang sifat dan watak perjuangan GMNI; asas organisasi yang menerangkan tentang ideologi dan cita-cita GMNI, struktur keorganisasian yang bersangkut paut pada  pembagian tugas, kerja dan tanggung jawab tiap organ kepengurusan di GMNI berdasarkan hirarkis keorganisasian, serta hak dan kewajiban para anggota.
Peran GMNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara disampaikan dengan cara pengemukaan realitas perjuangan yang dilakukan GMNI agar dapat lebih menggugah kesadaran dan semangat para calon anggota. Pengemukaan realitas perjuangan dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh gerakan yang dilakukan GMNI baik skala nasional, regional maupun lokal. Namun dari pengemukaan contoh tersebut, tetap lebih diprioritaskan pada kasus-kasus lokal yang diperjuangkan oleh komisariat maupun DPC bersangkutan. Sebab dengan pengemukaan kasus lokal tersebut propaganda dan indoktrinasi akan lebih mudah ditangkap dan diterjemahkan oleh para calon anggota.
Dari uraian tersebut di atas, maka secara garis besar, kerangka acuan materi ke-GMNI-an dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.    Sejarah lahirnya GMNI
2.    Sejarah pertarungan ide dan pemikiran GMNI
3.    Watak dan cita-cita perjuangan GMNI
4.    Asas dan asas perjuangan GMNI
5.    Keorganisasian di tubuh GMNI
6.    Peran dan tantangan yang dihadapi oleh GMNI


Materi Nasionalisme dan Patriotisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia merupakan materi yang ditujukan untuk memberikan pemahaman secara benar bagi para calon anggota tentang roh dan jiwa nasionalisme Indonesia. Materi nasionalisme dimulai dari tahapan sejarah munculnya nasionalisme dengan merujuk pada beberapa tokoh seperti Ernest Renan, Otto Bauer, dan lain-lain.
Tahapan kedua pemberian materi nasionalisme adalah tentang dinamika sejarah nasionalisme negara-negara di dunia dengan mengemukakan minimal 4 (empat) kejadian sejarah penting yaitu : perang di awal abad XI (perang antar agama), perang di abad pertengahan, perang dunia I dan perang dunia II:
-       Perang antar agama di abad XI ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada para calon anggota seobyektif-obyektifnya tentang motif-motif yang melandasi peperangan tersebut, apakah benar atas dasar nasionalisme-agama, ataukah hanya kepentingan perluasan ekspansi kekuasaan masing-masing pihak;
-       Peperangan yang terjadi di abad pertengahan ditujukan untuk mengetahui karakteristik nasionalisme yang mewarnai pada masa itu, dengan merujuk pada penganalisaan slogan gold, glory and gospel;
-       Perang dunia I juga ditujukan untuk mengetahui motif dan karakteristik nasionalisme yang melandasi semangat masing-masing negara pada masa itu;
-       Perang dunia II ditujukan untuk mengetahui tentang karakteristik nasionalisme chauvinistik khususnya di Jerman, Italia, dan Jepang.
Tahapan ketiga adalah pengetengahan sejarah munculnya nasionalisme di Indonesia beserta ciri dan karakterinya. Pemberian materi nasionalisme Indonesia lebih di titik beratkan pada pembahasan mengenai ide dan pemikiran Sukarno tentang nasionalisme Indonesia, dimulai dari tokoh yang mengilhami Sukarno, teori yang dipakai oleh Sukarno dan realitas politik yang mendukung pemikiran Sukarno pada saat itu.
Tahapan keempat adalah studi komparasi antara nasionalisme barat khususnya di eropa pada masa abad pertengahan dengan nasionalisme Indonesia, agar para calon anggota dapat mengetahui letak perbedaan dan kesamaannya.

Patriotisme Indonesia
Materi patriotisme adalah materi yang mempelajari pemikiran-pemikiran founding fathers di Indonesia. Tokoh-tokoh yang dibahas nantinya adalah pemikiran Cokroaminoto, Sukarno, Sema’un, Tan Malaka, Syahrir dan Hatta. Pemikiran para tokoh yang diambil dan dibahas tersebut menyangkut visi kebangsaan beserta cara, sikap dan cita-cita perjuangannya menghadapi kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.
Pemikiran dari Cokroaminoto ditekankan pada konsep-konsep pemikiran dan perjuangannya tentang Islam dalam menghadapi kolonialisme imperialisme Belanda. Disamping itu perlu pula mengangkat perbedaan pemikiran antara Cokroaminoto dengan Sema’un dan Haji Misbach sehingga berakibat pecahnya SI menjadi SI merah dan SI putih.
Pemikiran dari Sukarno ditekankan pada konsep persatuan Sukarno dengan merujuk pada tulisannya berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” (DBR I). Disamping itu perlu pula untuk sedikit memberikan gambaran perbedaan pemikiran antara Sukarno dan Hatta tentang taktik dan strategi perjuangan meraih Indonesia merdeka.
Pemikiran dari Moh. Hatta ditekankan pada konsep-konsepnya tentang membangun bangsa Indonesia baik dari sistem politik dan sistem ekonomi kerakyatan yang digagas dan dikembangkannya lewat sistem koperasi. Pemikiran Hatta lainnya adalah menganalisa pandangan-pandangan Hatta tentang marxisme.
Pemikiran dari Sema’un ditekankan pada pandangan dan cita-citanya dalam upaya membangun masyarakat Indonesia menjadi masyarakat komunis. Selain itu, perlu juga diketengahkan perbedaan prinsip antara pemikiran Sema’un cs dan Tan Malaka sehingga berakibat keluarnya Tan Malaka dari Partai Komunis Indonesia dan mendirikan partai baru (PARI dan MURBA).
Pemikiran Tan Malaka yang perlu diketengahkan adalah pengantar dasar dari teori Madilog (materialisme, dialektika dan logika) yang dikembangkan oleh Tan Malaka, dan pandangan-pandangannya tentang Republik (Res Publika) dan ketidaksepakatannya terhadap PKI yang mencoba menganut pola pemerintahan Uni Sovyet (lihat : tulisan Tan berjudul Uni Sovyet atau Parlementer).
Pemikiran dari Sahrir yang perlu diangkat adalah pokok-pokok pikirannya tentang sosialisme, serta sifat dan pola gerakan yang digunakannya dalam menghadapi kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Hal lain yang perlu untuk ikut dibahas adalah tentang pandangan Sahrir terhadap Sukarno dan Hatta.
Setelah pembahasan pemikiran para tokoh tersebut, kemudian dilanjutkan pada analisa komparatif pemikiran para tokoh untuk mengetahui secara jelas letak perbedaan dan kesamaannya.

Dari uraian tersebut di atas, maka secara garis besar kerangka acuan materi “Nasionalisme dan Patriotisme Indonesia” dapat dijabarkan sebagai berikut:

Nasionalisme Indonesia
1.    Sejarah lahirnya nasionalisme di dunia
2.    Teori dan tokoh nasionalisme
-          Ernest Renan
-          Otto Bauer
-          Gandhi
(jika dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambah oleh pemateri)
3.    Sejarah peperangan dunia dan nasionalisme
4.    Sejarah nasionalisme Indonesia
5.    Karakteristik nasionalisme Indonesia
6.    Studi komparasi nasionalisme barat (eropa) dan nasionalisme Indonesia

Patriotisme Indonesia
1. Ide dan pemikiran founding fathers
-          Cokroaminoto (pandangannya tentang Islam sebagai alat perjuangan)
-          Sukarno (nasionalisme dan marhaenisme)
-          Tan Malaka (madilog dan res publica)
-          Sema’un (marxisme/komunisme)
-          Syahrir (sosialisme kerakyatan)
-          Hatta (ekonomi kerakyatan dan sosialisme)
(jika dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambah oleh pemateri)
2.      Analisa komparatif pemikiran antara  founding father
-          Sukarno dan Hatta
-          Sema’un dan Tan Malaka
-          Sukarno dan Sahrir
-          Sukarno dan Tan Malaka
-          Sukarno dan Sema’un – Alimin – Muso



Materi Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Materi “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara” dimulai dari sejarah kebangkitan pemuda pada masa pra kemerdekaan sampai saat ini. Penyampaian sejarah gerakan pemuda pra kemerdekaan dimulai dari Budi Utomo, Sumpah Pemuda sampai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Penyampaian sejarah gerakan pemuda tersebut
dititik beratkan pada sejarah ide, pemikiran, platform dan paradigma yang berkembang di kalangan pemuda saat itu.
Penyampaian sejarah gerakan pemuda pasca kemerdekaan dimulai dari gerakan mahasiswa angkatan 66, gerakan mahasiswa tahun 70-an, gerakan mahasiwa tahun 80-an sampai pada masa gerakan reformasi 1998. Pola penyampaian dilakukan dengan cara menggunakan metode analisa komparatif masing-masing gerakan, meliputi : karakter gerakan, paradigma gerakan, dan strategi gerakan di masing-masing elemen. Dengan analisa komparatif di atas diharapkan para calon anggota akan mampu melihat dan menilai letak kegagalan dan keberhasilan peran pemuda  di masing-masing angkatan, baik pada masa pra kemerdekaan sampai masa paska kemerdekaan.
Tahapan pemberian materi selanjutnya adalah mengajak calon anggota untuk menelusuri dasar-dasar ideologi yang mewarnai platform dan paradigma gerakan di tiap-tiap angkatan. Penelusuran ideologi tersebut dapat dilakukan dengan merujuk pada cita-cita, paradigma dan metode yang dipakai oleh tiap-tiap angkatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar, kerangka acuan materi “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara” dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.    Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam perspektif sejarah
-          Budi Utomo
-          Konggres Pemuda II (Sumpah Pemuda)
-          Lahirnya Pancasila
-          Proklamasi Kemerdekaan
2.    Paradigma gerakan pemuda dan mahasiswa
-          pandangan dan cita-cita
-          ideologi yang berkembang
3.    Analisa komparatif gerakan mahasiswa 66, 70, 80 dan 98 meliputi :
-          sikap terhadap kekuasaan
-          cita-cita dan paradigma tiap-tiap gerakan/angkatan
-          metode dan pola gerakan ditiap-tiap angkatan
4.    Keberhasilan dan kegagalan gerakan pemuda dan mahasiswa



 

Rabu, 19 September 2012

DPC GMNI Surabaya, Peringati Perobekan Bendera Belanda Di Hotel Majapahit


 (Bendera Merah Putih dikibarkan oleh aktivis GMNI Surabaya diatas Hotel Yamato atau Hotel Orange)

DPG GMNI SURABAYA. Puluhan pemuda yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Cinta NKRI (Simata NKRI) menggelar aksi damai di depan Hotel Majapahit, Rabu (19/9/2012).

Aksi ini merupakan napak tilas dari peristiwa perobekan bendera Belanda yang terjadi 67 tahun silam.

"Hari ini, di tanggal dan bulan serta tempat yang sama yang sama, 67 tahun lampau, bendera merah putih biru milik Belanda, dirobek arek-arek Suroboyo. Bagian biru dari bendera dipisahkan sehingga menyisahkan merah putih, simbol kemerdekaan kita sebagai bangsa dan negara," terang M. Ali Shodiki Ketua DPC GMNI Surabaya.
lanjut dia, kita semua percaya bahwa saai itu menjadi titik awal pengorganisasian para pemuda Surabaya dalam menghadapi sekutu. "Di mana bulan-bulan berikutnya timbul pertempuran dahsyat antar Arek-arek Suroboyo, yang dipimpin Bung Tomo melawan tentara Inggris

terang  lelaki yang mengenakan jas mera, perobekan ini menjadi titik awal gelora perlawanan arek-arek Suroboyo menghadapi tentara sekutu. Puncaknya, pada 10 November 1945, pertempuran dahsyat terjadi di seantero Surabaya. Titik pergolakan terpusat di kawasan Jembatan Merah. Dalam pertempuran ini, Jenderal Mallaby tewas.

"Kala itu pihak kita dipimpin Bung Tomo. Dengan gagah berani, arek-arek Suroboyo menghadapi serbuan pasukan sekutu yang dilengkapi dengan senjata otomatis.

Sementara itu, sebagian massa aksi juga membagikan selebaran dan bendera merah putih ke sejumlah pengguna jalan di Jalan Tunjungan. Sempat terjadi kemacetan, karena pengemudi harus berhenti untuk menerima bendera merah putih, namun tidak terlalu padat, karena polisi tetap sigap untuk mengatur lalu lintas di sepanjang Jalan Tunjungan.  Aksi damai di depan Hotel Majapahit kali ini ,di ikuti  anggota Aliansi Masyarakat Cinta NKRI (Simata NKRI).
(Prabu)

Rabu, 30 Mei 2012

Membumikan Pancasila Yang Semakin Sakti





 

Oleh: Prabu Ali Airlanga Ketua DPC GMNI Surabaya

Dalam rangka mempringati Hari Kelahiran Pancasila yang jatuh setiap tanggal 1 Juni, sudah sepatutnya masyarakat kembali mendalami empat pilar tersebut dan mewujudkannya di kehidupan sehari-hari.
Masih saktikah Pancasila, itulah pertanyan yang akan muncul di benak rakyat Indonesia. Banyak wacana muncul akhir-akhir ini yang menyatakan kalau Pancasila sudah tidak sakti lagi atau bahkan di berbagai media memberitakan bahwa kita sudah “pikun" terhadap pancasila Indonesia. Jadi apakah benar kenyataan itu.
Sesungguhnya jawabannya adalah ada pada diri kita masing-masing, dan mungkin kita perlu sedikit merenungkan untuk hal tersebut, apakah kita masih berperilaku seperti yang tersirat dalam jiwa pancasila atau apakah kita sudah melenceng.
Melihat perkembangan kondisi di Indonesia belakangan ini mungkin kita menganggap kalau rakyat Indonesia melupakan ajaran Pancasila dengan adanya kerusuhan dimana-mana yang timbul karena masalah yang berkaitan dengan sila pertama yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Yaitu dengan ricuhnya kelompok agama mayoritas melawan minoritas dengan alasan-alasan tertentu. Tindak kejahatan, tindak kriminal berkedok, mengatasnamakan agama. Sesuai dengan cara, sikap pandang masing-masing, maka ada yang berkesipulan bahwa atas nama agama kita bisa menghalalkan segala cara. Dan ada pula yang berkesimpulan sebaliknya bahwa tindakan atas nama agama didiskreditkan, dipojokkan dengan berbagai cara.
Bangsa Indonesia telah berjalan dalam kurun waktu yang cukup lama. Selama itu telah terdapat berbagai tantangan dan hambatan yang menghadang terhadap perjalanan negara ini. Ada sekian kasus yang dapat dilihat di dalam perjalanan bangsa ini. Di antara yang penting adalah bagaimana bangsa ini secara tegas berhadapan dengan berbagai ideologi yang ingin masuk dan menggantikan ideologi yang sudah menjadi konsensus bersama.
Pada kondisi saat ini Pancasila dihadapkan dengan berbagai idologi lain, misalnya sosialisme-komunisme, kapitalisme-materialisme, Islamisme-fundamentalisme dan sebagainya. Pancasila sesungguhnya adalah nafas bangsa Indonesia. Hal ini tentu saja disebabkan oleh peran Pancasila di dalam kehidupan bangsa ini. Pancasila menempati posisi yang sangat strategis di tengah kehidup bangsa Indonesia yang plural dan multikultural.
Bisa dibayangkan seandainya kita sebagai bangsa kemudian tidak memiliki common platform yang sama untuk menjadi bangsa. Seandainya bangsa ini tidak memiliki sinergi yang jelas antara satu dengan lainnya, yaitu harus ada nilai yang disepakati bersama, ada core nilai yang share di antara semua warga, dan tujuan bersama serta ada tindakan yang bisa dilakukan secara bersama-sama, maka bangsa ini tentu tidak ada.
Makanya, kehadiran Pancasila di dalam kehidupan bangsa Indonesia tentu menjadi sesuatu yang sangat penting. Falsafah bangsa ini memang perlu dikaji secara terus menerus. Jangan sampai sebsgaimana yang kita lihat dewasa ini. Salah satu kelemahan bangsa ini, terutama terkait dengan kepemimpinan adalah petubahan kepemimpinan di Indonesia adalah pemimpin baru selalu mengahibisi seluruh hal yang dikerjakan dan diimpikan oleh pemimpin sebelumnya. Ada keinginan untuk menbuat sejarahnya sendiri-sendiri, sehingga dirinyalah yang akan menjadi hero. Itulah sebabnya bangsa ini selalu berada di posisi awal dan tidak berada diposisi lanjutan.
Memperjuangkan tegak-berdirinya NII (Negara Islam Indonesia) secara demokratis di negeri ini, di bumi pertiwi ini, di persada tanah air ini adalah sah, legal saja. Ketika Pancasila dilahirkan, dicetuskan oleh penggagasnya Ir Soekarno dalam siding BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan, Dokuritsu Zyunbi Tyuoosakai) pada 1 Juni 1945, umat Islam diajak agar bekerja sekeras-kerasnya, sehebat-hebatnya supaya hukum-hukum yang keluar dari Badan Perwakilan Rakyat adalah hukum-hukum Islam.
Percaya dengan ajakan Ir Soekarno, penggagas Pancasila tersebut, maka tokoh-tokoh umat Islam yang duduk dalam BPUPK menerima, menyepakati ide Pancasila. Negara yang memberlakukan hukum-hukum Islam secara positif adalah Negara Islam. Baldatun thaiyibatun wa rabbun ghafur. Kenapa begitu antipati terhadap hukum Islam?
Kiata semua harus meyakini bahwasanya Pancasila sesungguhnya adalah nafas bangsa Indonesia. Hal ini tentu saja disebabkan oleh peran Pancasila di dalam kehidupan bangsa ini. Pancasila menempati posisi yang sangat strategis di tengah kehidupsn bangsa Indonesia yang plural dan multikultural. Bisa dibayangkan seandainya kita sebagai bangsa kemudian tidak memiliki common platform yang sama untuk menjadi bangsa.
Seandainya bangsa ini tidak memiliki sinergi yang jelas antara satu dengan lainnya, yaitu harus ada nilai yang disepakati bersama, ada core nilai yang share di antara semua warga, dan tujuan bersama serta ada tindakan yang bisa dilakukan secara bersama-sama, maka bangsa ini tentu tidak ada. Makanya, kehadiran Pancasila di dalam kehidupan bangsa Indonesia tentu menjadi sesuatu yang sangat penting.
Dari konteks ini,  maka jelaslah bahwa kelahiran Pancasila merupakan proses panjang hasil akumulasi dari berbagai pemikiran yang berkembang. Hanya saja memang istilah Pancasila itu dinyatakan pada tanggal 1 Juni 1945. Tetapi isi dari Dasar Negara telah dibicarakan dalam berbagai pertemuan sebagaimana kronologi di atas. Dengan demikian, maka kelahiran Pancasila merupakan sebuah proses yang saling mengisi.
Melihat kenyataan ini, maka benarlah apa yang dinyatakan oleh Presiden SBY bahwa bangsa Indonesia tidak perlu memperdebatkan tentang  Pancasila sebagai dasar negara. Menurut Presiden bahwa perdebatan tentang Pancasila sebagai dasar negara hanya akan menghasilkan sesuatu yang kontraproduktif. Bagaimana pun keberadaan Pancasila sebagai dasar negara sudah merupakan sesuatu yang tidak terbantahkan.
Konsep kebersamaan, hidup berdampingan secara damai dilarutkan, dialihkan menjadi konsep kesamaan mutlak, tanpa membedakan budaya, etnis, agamaa. Kesamaan antara Muslim dan non-Muslim, antara pria dan wanita dalam segala hal, termasuk dalam kepemimpinan. Siapa saja boleh dan berhak dipilih jadi pemimpin tanpa membeda-bedakan agamanya, jendernya. Penegakkan kesamaan antara Muslim dan non-Muslim dipandang sebagai penegakan keadilan dan egalitarianisme paripurna, kemanusiaan universal.
Pancasila memang digali dari sejarah panjang kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia yang kemudian diakumulasikan dalam lima sila sebagaimana yang kita kenal sekarang. Pancasila tersebut merupakan consensus seluruh bangsa Indonesia untuk itu tidak perlu memperdebatkan tentang  Pancasila sebagai dasar negara karana pancasalia merupakan hasil dari consensus nasional bangsa Indonesia tentang apa yang sebaiknya menjadi dasar negara. untuk itu patuk bagi kita semua selaku warga negara Indonesia untuk turut serta Membumikan Pancasila Yang Semakin Sakti. Merdeka !


Selasa, 22 Mei 2012

Harkitnas, Moment Kembali ke Pancasila dan UUD 45


Surabaya - Bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), Senin (21/5/2012), Gerakan Surabaya Bangkit (GSB) melakukan aksi unjuk rasa. Mereka menuntut ketidakpuasaan akan tugas pemerintah dalam melaksanakan Pancasila dan Undang-undang Dasar 45. 
Lebih dari 65orang menduduki dewan kota Surabaya, tempat berlangsungnya demo. Gabungan dari beberapa LSM ini diantaranya DPC GMNI Kota Surabaya, menginginkan apa yang telah dicapai Indonesia selama 65 tahun merdeka masih belum menuju ke masyarakat yang adil dan sejahtera. Dan pelaksanaan sesuai dan tertuang dalam butir-butir Pancasila.
Menurut M. Ali Shodikin, selaku WAKORLAP aksi, apa yang seharusnya dilakukan pemerintah membawa negeri ini telah tertuang dalam butir-butir pancasila.
"Kemerdekaan mendapatkan pendidikan merupakan hak setiap anak bangsa, untuk dapat diperjuangkan di muka bumi ini.  Yang namanya wajib belajar 12 tahun (Wajar Dikdasmen) masih dicemari oleh berbagai pungutan-pungutan yang sangat membebani para orang tua yang lagi kesusahan."paparnya kepada wartawan, Senin (21/5).
Ia juga menjelaskan terhambatnya proses ketimpangan dalam masalah pendidikanyang menjadi masalah yang tidak pernah jelas simpulnya
"betapa ironis di satu pihak orang kecil begitu bersemangatnya ingin menyekolahkan anak tercintanya guna merubah nasib keluarga, namun dipihak lain biaya sekolah membumbung tinggi menghadangnya. Padahal pemerintah berdalih sudah merealisasikan alokasi 20% dari total APBN yang ini diatur UUD 1945 sedangkan dari pihak DPRD Kota Surabaya berdalih mereka sudah mengganggarkan  alokasi lebih dari 30% dari total APBDKota Surabaya.," ujarnya.
Dimas Selaku korlap menuturkan dalam aksi kali ini sebagai tujuan, untuk menuntut beberapa hal, pertama melaksanakan Pancasila dan Undang-undang Dasar, pendidikan harus merdeka, tanah untuk rakyat, wujudkan kesejahteraan buruh, kesehatan gratis untuk rakyat miskin, damai dalam keberagaman, nasionalisasi industri pertambangan agung dan ganyang koruptor.
Aksi berlangsung damai dan perwakilan dari mereka diterima dengan baik oleh pihak komisi A DPRD kota Surabaya. Usai aksi, mereka melakukan long march menuju ke Balai Kota Surabaya.

Sabtu, 12 Mei 2012

Penolakan knaikan BBM

Aksi penolakan kenaikan BBM....

Pengobatan Gratis

Bakti sosial (pengobatan gratis) dalam agenda ultah DPC Gmni Kota Surabaya bekerja sama dengan GmnI Komisariat Kedokteran Unair surabaya di Gang Lumumbu dalam surabaya.

Gerakan Mahasiswa Peduli Pendidikan


Gerakan Mahasiswa Peduli Pendidikan

oleh : M. Ali Shodikin SH.I
Ketua DPC GMNI SURABAYA

Merdeka……..!
Selamat Hari Pendidikan Nasional.

 

“Pendidikan Belum Merdeka”


Momentum Hardiknas bukan sekedar ceremonial saja, namun apa sesungguhnya yang bisa kita lakukan untuk pendidikan nasional bangsa kita agar lebih baik dan kita banggakan?

Kemerdekaan mendapatkan pendidikan merupakan hak setiap anak bangsa untuk dapat diperjuangkan di muka bumi ini. Mari sejenak kita renungkan, yang namanya wajib belajar 12 tahun (Wajar Dikdasmen) masih dicemari oleh berbagai pungutan-pungutan yang sangat membebani para orang tua yang lagi kesusahan.
Ironis memang, di satu pihak orang kecil begitu bersemangatnya ingin menyekolahkan anak tercintanya guna merubah nasib keluarga, namun dipihak lain biaya sekolah membumbung tinggi menghadangnya. Padahal pemerintah berdalih sudah merealisasikan alokasi 20% dari total APBN yang ini diatur UUD 1945
Kita patut menyadarai krisis multidimensi yang melanda Indonesia berdampak pada mutu SDM (sumber daya manusia) Indonesia. Selain itu juga pada system serta kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, hal tersebut bias kita buktikan dari indikator berikut:
Pada saat krisis ekonomi ditahun 1998 pemerinta rezim Orde Baru menyepakati sebuah kesepakatan Washington (Washington consensus) yang sarat dengan kepentingan kapitalisme dan nilai-nilai neoliberalisme dimana mereka menginginkan supaya pemerintah mengurangi atau menolak campur tangan dalam penataan kegiatan ekonomi. Parahnya dalam Washington consensus terdapat sepulu kesepakatan yang di rekomendasi untuk diliberalkan dan salah satunya sector pendidikn. Mereka berpendapat bahwa pendidikan termasuk ke dalam katagori industri yang mengubah benda fisik physical services.
Pada tahun 2005, indeks pembangunan manusia Indonesia menduduki peringkat 110 dari 177 negara di dunia (Human Development Report 2005, UNDP). Menurut Laporan Bank Dunia (Greaney, 1992) dan studi IEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement), di Asia Timur menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia berada pada peringkat terendah.


Kondisi anak-anak Indonesia hanya mampu menguasai 30 persen materi bacaan dan kesulitan menjawab soal berbentuk uraian yang perlu penalaran. Hal ini disebabkan karena mereka sangat terbiasa dalam menghapal serta mengerjakan soal pilihan ganda. Belum lagi kontens bacaan yang tidak layak baca oleh anak sering kali menyusup di buku pelajaran.
Sementara itu, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia (berdasarkan survei Political and Economic Risk Consultant). Dalam hal daya saing, Indonesia memiliki daya saing yang rendah, hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara di dunia (The World Economic Forum Swedia, 2000). Sehingga Indonesia hanya berpredikat sebagai follower, bukan sebagai leader.

Liberalisasi pendidikan
Rencana pemerintah meliberalisasi pendidikan tercermin dalam disahkanya UU Badan Hukum Pendidikan yang kemudian Dicabut oleh MK karena bertentangan dengan UUD. Namun rupanya pemerintah pantang menyerah, saat ini pemerintah sedang memproses untuk disahkanya Rancangan Undang-Undang Perguruan tinggi (BHP JILID II). Dimana dalam pasal-pasal yang terselip penuh ayat siluman yang syarat kepentingan asing masuk kembali. Salah satunya mengenai pinjaman pendidikan, masuknya PT asing, privatisasi Perguruan tinggi dan banyak yang lainnya.
Liberalisasi pendidikan di Indonesia mengindikasikan semakin melemahnya peran negara dalam melaksanakan sektor pelayanan publik. Selain itu liberalisasi yang menghalalkan Privatisasi pendidikan di Indonesia tidak lepas dari adanya tekanan utang yang harus dibayarkan.
Untuk itu kami dari mahasiswa peduli pendidikan menyampaikan tuntutan sebagai berikut:

SIKAP GERAKAN
1.       Mendesak untuk segera diwujudkannya wajib belajar gratis 12 tahun yang merata untuk segenap rakyat
2.       Laksanakan pasal 31 dan 33 Undang-Undang Dasar 1945 sepenuhnya
3.       Transparansi alokasi dana anggaran pendidikan yang 20% dari APBN
4.       Tolak komersialisasi pendidikan di Indonesia
5.       Revisi dan kaji kembali RUU PT
6.       Tegakkan RUU nomer 11 tahun 2005 tentang penyelenggaraan pendidikan tanpa diskriminasi
7.       Wujudkan kurikulum yang mencerdaskan, ilmiah dan produktif, Sebagai jalan indudtrialisasi nasional.
8.       Tolak segala RUU dan cabut UU yang berhubungan Dengan neoliberalisme
9.       Wujudkan pendidikan yang berkarakter serta sesuai dengan kepribadian bangsa
DPC GmnI Kota Surabaya © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute