Kamis, 08 November 2012

Jaringan Mahasiswa Pejuang (JMP) Surabaya, Menggelorakan Spirit Perjuangan Pemuda




(Surabaya 9/11) Memperingati hari pahlawan 10 november, tidak pernah dilepaskan dari kota Surabaya yang memiliki ikon sebagai kota pahlawan itu sendiri. Namun heroisme kota pahlawan kini seolah redup di bayang-bayangi  perayaan glamour yang bahkan sering menghilangkan esensi kepahlawanan.  Padahal sejatinya memperingati Hari Pahlawan merupakan salah satu upaya pelestarian sejarah bangsa, seperti halnya mendirikan monumen dan museum. Bedanya, pelestarian ini dalam wujud sikap dan tindakan, sedangkan monumen dan museum lebih ke dalam bentuk benda-benda peninggalan sejarahnya.
Lebih lanjut Dalam hiruk pikuk Surabaya yang semakin padat, kini  mulai kehilangan identitas kepahlawanannya. Sendi kehidupan masyarakat cenderung dihiasi gemerlap kapitalisme hingga menutup mata masyarakat terhadap perjuangan arek-arek suroboyo tempo dulu. Bahkan bisa jadi mereka yang berperan atas peristiwa perobekan bendera merah putih biru menjadi merah putih di hotel Yamato kini menjadi veteran tua yang diabaikan, bukan hanya pemerintah tapi oleh masyarakat sekitar yang tanpa sadar telah menikmati jasanya.
Ketika identitas kepahlawanan kota Surabaya dan pejuang Surabaya dipinggirkan, harusnya kita mulai sadar akan pentingnya keberadaan Surabaya yang 67 tahun lalu dan kini. menjadi medan laga pertempuran fenomenal diperang dunia II, karena di tangan arek-arek surabayalah untuk pertama dan terakhir kalinya jenderal sekutu tewas dalam pertempuran selama perang dunia II. Hingga kemudian menyulut kemarahan pasukan sekutu yang selanjutnya pada 10 November 1945 membombardir rakyat Surabaya karena bersikeras untuk jihad membela kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
Kini bukti-bukti sejarah heroisme mulai memudar berganti dengan bukti cengkeraman kapitilisme yang diejawantahkan sebagai gedung pencakar langit Surabaya. Harusnya pemerintah mulai memperhatikan dan memberi alokasi kusus guna melestarikan budaya heroisme dengan menjaga bukti-bukti ontentiknya yang berupa gedung-gedung bersejarah yang akhirnya menjadi “pepiling” akan betapa ksatriyanya arek-arek suroboyo.
Maka dari itu, melalui tema 10 Nopember 1945 Sebagai Spirit Perjuangan Pemuda, kami dari Jaringan Mahasiswa Pejuang Surabaya yang terdiri dari GMNI, PMII, GMKI, PMKRI, HMI dan LMND pada 9 nopember 2012 di Jembatan Merah Surabaya, berupaya mengajak masyarakat dan pemerintah untuk tidak lupa akan pahit getirnya sejarah, sehingga melalui pelajaran dari lembaran yang termaktub didalamnya kita bisa menemukan spirit yang dapat menggairahkan kita untuk sadar memperjuangkan bangsa. Acara yang juga disisi dengan menyalakan Seribu Lilin Kepahlawanan ini juga merekomendasikan poin-poin berikut:

1. Pemerintah saatnya lebih memperhatikan kehidupan dan kesejahteraan para Veteran yang tak lain adalah pelaku sejarah fenomenal kota Surabaya.
2. Pemerintah Pusat sudah seharusnya memberi Dana Alokasi Khusus (DAK) guna pelestarian Cagar Budaya Kota Pahlawan yang merupakan saksi bisu heroisme Surabaya.
3. Mengusulkan agar ikon kota pahlawan Surabaya bukan hanya pemanis bibir, malainkan merealisasikan Surabaya sebagai kota sejarah. Mengingat terdapat berbagai pristiwa sejarah penting Indonesia terjadi di kota Surabaya


DPC GmnI Kota Surabaya © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute