Minggu, 28 Oktober 2012

Peringatan 84 Tahun Sumpah Pemuda, Suatu Refleksi Kritis Aktifis Kota Pahlawan

Surabaya minggu (28/10/2012). Puluhan Aktifis kota pahlawan yang tergabung dalam kelompok cipayung diantaranya GMNI, PMII, GMKI, HMI, bersama Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) menggelar orasi di depan taman Bungkul Surabaya, Mereka mempringati 84 tahun Hari Sumpah Pemuda.

Selain membawa sejumlah bender...
a organisasi mereka juga membentangkan poster berisikan harapan kepada semua masyarakat hususnya para generasi muada. Kordinator lapangan dipimpin oleh Johanes Karel Kasihiuw Ketua LMND Surabaya.

“Kuatnya arus globalisasi yang digawangi oleh negara-negara maju, telah menimbulkan banyak perubahan karakter pemuda. Perubahan tersebut tidak hanya merubah sistem ekonomi, system pendidikan, tetapi juga menggerogoti sendi-sendi kebudayaan bahkan mengikis jati diri bangsa. Untuk itulah kita semua patut untuk menguatkan kembali identitas kearifan local sebagai benteng pemuda dalam menghadapi arus globalisasi. Ungkap M. Ali Shodikin ketua GMNI Surabaya.

Didalam memaknai arti Sumpah Pemuda, Ali Shodikin lelaki yang bias dipangil Prabu Ali menjelaskan “Sudah saatnya pemuda berperan dalam proses pengambilan kebijakan karena hari esok adalah milik mereka para pemuda generasi penerus bangsa.

Lanjut lelaki yang memakai jas merah “kedepan pemuda harus berani menjadi aktor dalam proses pengambilan kebijakan, pemuda harus berani mengambil langkah sebagai Official actors”. Official actors adalah mereka yang terlibat dalam proses pengambilan kebijakan publik melalui status atau kewajiban konstitusionalnya. Tegas ketua GMNI Surabaya.

Sambung Johanes Karel Kasihiuw “Kompas yang harus dijadikan panduan dalam mengelola bangsa dan negara ini, siapapun yang memimpin. Negara harus menjadi motivator dan penggerak segenap lapisan tanpa meninggalkan kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipikul sesuai amanat pembukaan UUD 1945. katanya

Pandangan yang hampirsama disampaikan oleh Januar S Kaimuddin, menurut dia begitu banyak tantangan yang harus kita taklukkan didalam mengisi kemerdekaan yang telah diwariskan oleh para pejuang terdahulu. "Bangsa dan Republik ini adalah hasil jerih payah perjuangan masyarakat daerah yang saat itu memiliki kesamaan nasib, kesamaan sejarah, dan kesamaan cita-cita untuk hidup bersatu,". Jelas lelaki yang menduduki jabatan ketua umum HMI cabang Surabaya

Setelah berorasi kurang lebih dua jam, refleksi Sumpah Pemuda ini kemudian diakhiri dengan melakukan konvoi bersama dari Jl. Darmo menuju Makam WR Soepratman. Mereka satu persatu melakukan tabur bunga diatas pusaran Pahlawan Nasiona pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.

“Kami sengaja melakukan puncak perayan hari supah pemuda kali ini di makam WR Soepratman, sebab beliau adalah salah seorang yang berjasa serta mempunyai peran yang sangat penting didalam konres Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.” Untuk itu ita sebagai generasi muda jangan sekali-kali melupakan sejarah papar Mohammad Khusnyaini selaku ketua cabang PMII Surabaya.[al]

Selasa, 16 Oktober 2012

Kaderisasi Bersama DPC GMNI Surabaya


SILABUS KADERISASI
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia*
(M.Ali Shodikin SHI) 
Ketua DPC GMNI Surabaya 2012-2014


Landasan Pemikiran

            Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah sebuah organisasi gerakan yang berbasiskan intelektual muda (mahasiswa) yang memiliki cita-cita terwujudnya sosialisme Indonesia sebagai satu sinthesa yang berdasarkan atas asas marhaenisme yaitu : sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.        
Namun di lain pihak, ternyata sejarah perkembangan kapitalisme telah berimplikasi terjerumusnya kehidupan rakyat Indonesia dalam sebuah penderitaan panjang berupa penindasan dan penghisapan kapitalisme dan imperialisme negara-negara maju. Ketidakberdaulatan politik, ketergantungan ekonomi,  serta kehancuran mental dan moral budaya bangsa, adalah sebuah realitas sejarah dimana rakyat Indonesia menjadi tumbalnya. Dan realitas sejarah tersebut telah menjauhkan cita-cita bangsa yang menginginkan terwujudnya masyarakat adil dan makmur zonder exploitation de l’homme par l’homme dan zonder exploitation de nation par nation. Padahal cita-cita bangsa tersebut merupakan cita-cita ideologi yang diemban oleh GMNI yaitu terwujudnya sosialisme Indonesia.
Oleh karena itu, dengan mencermati realitas di atas, telah menjadi tanggung jawab seluruh kader GMNI untuk menegakkan kembali cita-cita sosialisme Indonesia tersebut demi amanat penderitaan rakyat (AMPERA). Revolusi adalah pilihan perjuangan yang akan dilakukan GMNI. Revolusi yang berarti perubahan secara cepat dan radikal; revolusi yang tidak mengenal titik, melainkan terus mengalir sampai akhir jaman (panta rhei); revolusi yang bersifat merombak mental dan moral bangsa untuk dikembalikan kepada jati diri masyarakat marhaenis yaitu humanis, gotong royong dan anti penindasan.
Dengan tugas dan tanggung jawab tersebut, maka GMNI sebagai alat pendidikan kader harus mampu membentuk, menggembleng dan mencetak generasi muda sebagai kader pelopor yang progressif, revolusioer dan radikal, untuk memimpin jalannya revolusi dalam upaya mewujudkan sosialisme Indonesia yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
            Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka GMNI merasa perlu untuk menyusun Silabus Kaderisasi yang akan menjadi acuan resmi organisasi sebagai upaya mencetak kader-kader yang diharapkan mampu menjadi pelopor dan pemimpin revolusi Indonesia. Dengan terbentuknya silabus kaderisasi, diharapkan sistem pengkaderan GMNI akan lebih sistematis, terarah sehingga mendukung terbentuknya kader-kader yang ideologis, progresif, revolusioner dan berkepribadian. Untuk itu maka di dalam silabus kaderisiasi GMNI, sistem pengkaderan diputuskan untuk  dibagi dalam 4 tahapan kaderisasi yaitu :

1.      Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB);
2.      Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD);
3.      Kaderisasi Tingkat Menengah (KTM);
4.      Kaderisasi Tingkat Pelopor (KTP).



Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB)


Maksud

            PPAB adalah masa penerimaan anggota baru GMNI yang ditujukan kepada seluruh mahasiswa Indonesia. PPAB berfungsi sebagai alat pengenalan organisasi kepada seluruh para calon anggota agar dapat memahami peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab GMNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pelaksanaan PPAB tersebut diharapkan para calon anggota akan terbangun kesadarannya khususnya tentang kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai generasi muda terhadap masa depan dan cita-cita bangsa.
  

  Tujuan

            Tujuan PPAB adalah membangun instuisi kesadaran para calon anggota. Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran akan ruang dan waktu dimana calon anggota telah memahami dan meyakini bahwa membangun kehidupan bangsa adalah benar-benar menjadi tugas dan tanggung jawabnya yang harus diimplementasikan, dan GMNI adalah wadah dalam upaya mengimplementasikan tugas dan tanggung jawabnya tersebut.

Materi

            Selama pelaksanaan PPAB, para calon anggota diberikan masukan-masukan materi yang diharapkan akan membantu para calon anggota dalam membangun kesadaran dan visi akan peran dan tanggung jawabnya sebagai generasi muda bangsa. Materi-materi tersebut antara lain : Ke-GMNI-an; Nasionalisme dan Patriotisme Indonesia; serta Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.

Format Pengkaderan

            Materi disampaikan dengan cara kuliah umum (ceramah). Ceramah berfungsi sebagai alat pendorong dan stimulus pemikiran bagi para calon anggota dalam upaya memahami materi dan persoalan yang diketengahkan. Materi ceramah harus tetap berpijak pada teori dan realitas yang relevan agar mampu dicerna secara baik oleh para calon anggota.
Metode kedua adalah dialog. Dialog tidak diartikan pada sebatas proses tanya jawab antara pemateri dan calon anggota, tetapi dialog diartikan sebagai proses tukar pikiran antara pemateri dan para calon anggota. Proses dialog bertujuan untuk membangun keberanian para kader dalam mengemukakan pemikiran-pemikirannya. Di samping itu, dengan dialog tersebut panitia dapat melihat dan menilai tentang metode berpikir dan cara pandang yang dipakai oleh calon anggota dalam menangkap dan menganalisa persoalan-persoalan yang didasarkan pada materi yang mereka serap.
Metode ketiga adalah diskusi. Diskusi dilakukan dengan cara memberikan sebuah persoalan kepada para calon anggota untuk dianalisa dalam sebuah diskusi terbuka yang melibatkan pemateri, panitia dan para calon anggota. Persoalan yang diberikan tetap harus diarahkan pada persoalan yang masih berkaitan erat dengan materi-materi yang telah diberikan. Dengan diskusi tersebut diharapkan para calon anggota akan lebih mudah memahami dan menganalisa materi-materi yang telah diberikan selama PPAB. Masa waktu pelaksanaan PPAB paling lama 2 (dua) hari.

Pelaksana

            PPAB dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang dibentuk dan disahkan oleh Pengurus Komisariat GMNI. PPAB dilaksanakan minimal satu kali dalam satu periode kepengurusan komisariat. Kepanitiaan PPAB dapat dibentuk dalam satu komisariat maupun lintas komisariat (kepanitiaan bersama). Pelantikan peserta PPAB menjadi anggota GMNI dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang bersangkutan.

Kerangka Acuan


Materi Ke-GMNI-an
Materi ke-GMNI-an ditujukan untuk mengenalkan GMNI sebagai organisasi kepada para calon anggota. Pengenalan organisasi GMNI tersebut meliputi sejarah GMNI, AD/ART GMNI dan peran GMNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesejarahan GMNI ditinjau dari sejarah pertarungan ide dan pemikiran yang bersifat ideologis. Dan GMNI adalah sebuah pilihan final untuk mewadahi pertarungan ide dan pemikiran tersebut. Kesejarahan pertarungan ide dan pemikiran itu dapat dianalisa dari runtutan kongres ke kongres dimana di dalamnya terjadi dinamika gerakan dan perjuangan GMNI dalam upaya mewujudkan cita-cita marhaenisme.
Pemberian materi AD/ART GMNI ditujukan untuk mengenalkan sistem keorganisasian di tubuh GMNI, khususnya tentang aturan hukum (rule of law) dan aturan main (rule of game) yang berlaku di GMNI. Dengan pengenalan AD/ART tersebut maka para calon anggota diharapkan akan mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan mekanisme keorganisasian yang berlaku di tubuh GMNI. Pokok-pokok yang menjadi prioritas materi dalam pengenalan AD/ART tersebut antara lain : pembukaan Anggaran Dasar yang menerangkan tentang sifat dan watak perjuangan GMNI; asas organisasi yang menerangkan tentang ideologi dan cita-cita GMNI, struktur keorganisasian yang bersangkut paut pada  pembagian tugas, kerja dan tanggung jawab tiap organ kepengurusan di GMNI berdasarkan hirarkis keorganisasian, serta hak dan kewajiban para anggota.
Peran GMNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara disampaikan dengan cara pengemukaan realitas perjuangan yang dilakukan GMNI agar dapat lebih menggugah kesadaran dan semangat para calon anggota. Pengemukaan realitas perjuangan dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh gerakan yang dilakukan GMNI baik skala nasional, regional maupun lokal. Namun dari pengemukaan contoh tersebut, tetap lebih diprioritaskan pada kasus-kasus lokal yang diperjuangkan oleh komisariat maupun DPC bersangkutan. Sebab dengan pengemukaan kasus lokal tersebut propaganda dan indoktrinasi akan lebih mudah ditangkap dan diterjemahkan oleh para calon anggota.
Dari uraian tersebut di atas, maka secara garis besar, kerangka acuan materi ke-GMNI-an dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.    Sejarah lahirnya GMNI
2.    Sejarah pertarungan ide dan pemikiran GMNI
3.    Watak dan cita-cita perjuangan GMNI
4.    Asas dan asas perjuangan GMNI
5.    Keorganisasian di tubuh GMNI
6.    Peran dan tantangan yang dihadapi oleh GMNI


Materi Nasionalisme dan Patriotisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia merupakan materi yang ditujukan untuk memberikan pemahaman secara benar bagi para calon anggota tentang roh dan jiwa nasionalisme Indonesia. Materi nasionalisme dimulai dari tahapan sejarah munculnya nasionalisme dengan merujuk pada beberapa tokoh seperti Ernest Renan, Otto Bauer, dan lain-lain.
Tahapan kedua pemberian materi nasionalisme adalah tentang dinamika sejarah nasionalisme negara-negara di dunia dengan mengemukakan minimal 4 (empat) kejadian sejarah penting yaitu : perang di awal abad XI (perang antar agama), perang di abad pertengahan, perang dunia I dan perang dunia II:
-       Perang antar agama di abad XI ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada para calon anggota seobyektif-obyektifnya tentang motif-motif yang melandasi peperangan tersebut, apakah benar atas dasar nasionalisme-agama, ataukah hanya kepentingan perluasan ekspansi kekuasaan masing-masing pihak;
-       Peperangan yang terjadi di abad pertengahan ditujukan untuk mengetahui karakteristik nasionalisme yang mewarnai pada masa itu, dengan merujuk pada penganalisaan slogan gold, glory and gospel;
-       Perang dunia I juga ditujukan untuk mengetahui motif dan karakteristik nasionalisme yang melandasi semangat masing-masing negara pada masa itu;
-       Perang dunia II ditujukan untuk mengetahui tentang karakteristik nasionalisme chauvinistik khususnya di Jerman, Italia, dan Jepang.
Tahapan ketiga adalah pengetengahan sejarah munculnya nasionalisme di Indonesia beserta ciri dan karakterinya. Pemberian materi nasionalisme Indonesia lebih di titik beratkan pada pembahasan mengenai ide dan pemikiran Sukarno tentang nasionalisme Indonesia, dimulai dari tokoh yang mengilhami Sukarno, teori yang dipakai oleh Sukarno dan realitas politik yang mendukung pemikiran Sukarno pada saat itu.
Tahapan keempat adalah studi komparasi antara nasionalisme barat khususnya di eropa pada masa abad pertengahan dengan nasionalisme Indonesia, agar para calon anggota dapat mengetahui letak perbedaan dan kesamaannya.

Patriotisme Indonesia
Materi patriotisme adalah materi yang mempelajari pemikiran-pemikiran founding fathers di Indonesia. Tokoh-tokoh yang dibahas nantinya adalah pemikiran Cokroaminoto, Sukarno, Sema’un, Tan Malaka, Syahrir dan Hatta. Pemikiran para tokoh yang diambil dan dibahas tersebut menyangkut visi kebangsaan beserta cara, sikap dan cita-cita perjuangannya menghadapi kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.
Pemikiran dari Cokroaminoto ditekankan pada konsep-konsep pemikiran dan perjuangannya tentang Islam dalam menghadapi kolonialisme imperialisme Belanda. Disamping itu perlu pula mengangkat perbedaan pemikiran antara Cokroaminoto dengan Sema’un dan Haji Misbach sehingga berakibat pecahnya SI menjadi SI merah dan SI putih.
Pemikiran dari Sukarno ditekankan pada konsep persatuan Sukarno dengan merujuk pada tulisannya berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” (DBR I). Disamping itu perlu pula untuk sedikit memberikan gambaran perbedaan pemikiran antara Sukarno dan Hatta tentang taktik dan strategi perjuangan meraih Indonesia merdeka.
Pemikiran dari Moh. Hatta ditekankan pada konsep-konsepnya tentang membangun bangsa Indonesia baik dari sistem politik dan sistem ekonomi kerakyatan yang digagas dan dikembangkannya lewat sistem koperasi. Pemikiran Hatta lainnya adalah menganalisa pandangan-pandangan Hatta tentang marxisme.
Pemikiran dari Sema’un ditekankan pada pandangan dan cita-citanya dalam upaya membangun masyarakat Indonesia menjadi masyarakat komunis. Selain itu, perlu juga diketengahkan perbedaan prinsip antara pemikiran Sema’un cs dan Tan Malaka sehingga berakibat keluarnya Tan Malaka dari Partai Komunis Indonesia dan mendirikan partai baru (PARI dan MURBA).
Pemikiran Tan Malaka yang perlu diketengahkan adalah pengantar dasar dari teori Madilog (materialisme, dialektika dan logika) yang dikembangkan oleh Tan Malaka, dan pandangan-pandangannya tentang Republik (Res Publika) dan ketidaksepakatannya terhadap PKI yang mencoba menganut pola pemerintahan Uni Sovyet (lihat : tulisan Tan berjudul Uni Sovyet atau Parlementer).
Pemikiran dari Sahrir yang perlu diangkat adalah pokok-pokok pikirannya tentang sosialisme, serta sifat dan pola gerakan yang digunakannya dalam menghadapi kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Hal lain yang perlu untuk ikut dibahas adalah tentang pandangan Sahrir terhadap Sukarno dan Hatta.
Setelah pembahasan pemikiran para tokoh tersebut, kemudian dilanjutkan pada analisa komparatif pemikiran para tokoh untuk mengetahui secara jelas letak perbedaan dan kesamaannya.

Dari uraian tersebut di atas, maka secara garis besar kerangka acuan materi “Nasionalisme dan Patriotisme Indonesia” dapat dijabarkan sebagai berikut:

Nasionalisme Indonesia
1.    Sejarah lahirnya nasionalisme di dunia
2.    Teori dan tokoh nasionalisme
-          Ernest Renan
-          Otto Bauer
-          Gandhi
(jika dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambah oleh pemateri)
3.    Sejarah peperangan dunia dan nasionalisme
4.    Sejarah nasionalisme Indonesia
5.    Karakteristik nasionalisme Indonesia
6.    Studi komparasi nasionalisme barat (eropa) dan nasionalisme Indonesia

Patriotisme Indonesia
1. Ide dan pemikiran founding fathers
-          Cokroaminoto (pandangannya tentang Islam sebagai alat perjuangan)
-          Sukarno (nasionalisme dan marhaenisme)
-          Tan Malaka (madilog dan res publica)
-          Sema’un (marxisme/komunisme)
-          Syahrir (sosialisme kerakyatan)
-          Hatta (ekonomi kerakyatan dan sosialisme)
(jika dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambah oleh pemateri)
2.      Analisa komparatif pemikiran antara  founding father
-          Sukarno dan Hatta
-          Sema’un dan Tan Malaka
-          Sukarno dan Sahrir
-          Sukarno dan Tan Malaka
-          Sukarno dan Sema’un – Alimin – Muso



Materi Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Materi “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara” dimulai dari sejarah kebangkitan pemuda pada masa pra kemerdekaan sampai saat ini. Penyampaian sejarah gerakan pemuda pra kemerdekaan dimulai dari Budi Utomo, Sumpah Pemuda sampai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Penyampaian sejarah gerakan pemuda tersebut
dititik beratkan pada sejarah ide, pemikiran, platform dan paradigma yang berkembang di kalangan pemuda saat itu.
Penyampaian sejarah gerakan pemuda pasca kemerdekaan dimulai dari gerakan mahasiswa angkatan 66, gerakan mahasiswa tahun 70-an, gerakan mahasiwa tahun 80-an sampai pada masa gerakan reformasi 1998. Pola penyampaian dilakukan dengan cara menggunakan metode analisa komparatif masing-masing gerakan, meliputi : karakter gerakan, paradigma gerakan, dan strategi gerakan di masing-masing elemen. Dengan analisa komparatif di atas diharapkan para calon anggota akan mampu melihat dan menilai letak kegagalan dan keberhasilan peran pemuda  di masing-masing angkatan, baik pada masa pra kemerdekaan sampai masa paska kemerdekaan.
Tahapan pemberian materi selanjutnya adalah mengajak calon anggota untuk menelusuri dasar-dasar ideologi yang mewarnai platform dan paradigma gerakan di tiap-tiap angkatan. Penelusuran ideologi tersebut dapat dilakukan dengan merujuk pada cita-cita, paradigma dan metode yang dipakai oleh tiap-tiap angkatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar, kerangka acuan materi “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara” dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.    Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam perspektif sejarah
-          Budi Utomo
-          Konggres Pemuda II (Sumpah Pemuda)
-          Lahirnya Pancasila
-          Proklamasi Kemerdekaan
2.    Paradigma gerakan pemuda dan mahasiswa
-          pandangan dan cita-cita
-          ideologi yang berkembang
3.    Analisa komparatif gerakan mahasiswa 66, 70, 80 dan 98 meliputi :
-          sikap terhadap kekuasaan
-          cita-cita dan paradigma tiap-tiap gerakan/angkatan
-          metode dan pola gerakan ditiap-tiap angkatan
4.    Keberhasilan dan kegagalan gerakan pemuda dan mahasiswa



 

DPC GmnI Kota Surabaya © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute