Selasa, 16 April 2013

Gagasan memperingati hari Kartini tanggal 21 April.



Setiap memperingati hari Kartini tanggal 21 April selalu terlintas dalam benak kita tentang nasib kaum wanita zaman dahulu. Di tanah air kita mengenal pahlawan-pahlawan wanita yang dengan gigih berjuang untuk menegakkan kemerdekaan. Sebut saja Nyi Ageng Serang, Cut Nyak Dien dengan semangat jihad mereka berjuang mengusir kompeni yang menduduki bumi Nusantara. Walau harus mengorbankan nyawa mereka tetap tak gentar membela dan memperjuangkan kemerdekaan tanah air dan bangsa. Di samping kedua tokoh tersebut nama Dewi Sartika dan R.A. Kartini tercatat sebagai tokoh wanita yang memperjuangkan hak-hak kaum wanita dalam mengenyam pendidikan.
Hak-hak kaum wanita untuk memperluas pengetahuan dan menduduki bangku sekolah waktu itu tidak mereka dapatkan terutama bagi penduduk pribumi yang miskin. Cita-cita luhur yang dilakukan dengan perbuatan nyata dalam membebaskan kaum wanita dan memperjuangkan mereka memperoleh hak yang sama dengan kaum pria akhirnya membuahkan hasil tetapi juga disertai dengan pengorbanan yang tak sedikit. Mereka itu adalah para ibu yang juga merupakan pejuang.
Peran kaum wanita sekarang ini boleh dibilang sejajar dengan kaum pria. Tak lagi hanya berkutat pada dapur, sumur dan kasur. Untuk urusan-urusan tertentu seperti urusan sosial kemasyarakatan, kesehatan maupun kemanusiaan bahkan sampai dalam bidang politik dan kenegaraan pun kaum wanita sudah ada yang berkecimpung di dalamnya. Memang, jika kita saksikan kemampuan kaum wanita zaman sekarang sudah lebih berkembang di berbagai bidang.
Kaum wanita mempunyai kebebasan yang luas dalam menuntut ilmu, bebas menentukan langkah-langkahnya dalam mencapai cita-cita, bebas mengambil peran di masyarakat dan bebas berpartisipasi dalam pembangunan di berbagai bidang. Karena mempunyai hak yang sama maka tak ada salahnya jika kaum wanita turut serta berpartisipasi dalam mengisi pembangunan. Sudah bukan saatnya jika kaum wanita hanya membicarakan masalah seputar hak-hak mereka saja di mata kaum pria. Semestinya kaum wanita lebih memfokuskan diri pada hal-hal atau perbuatan nyata, dengan aktivitas yang bermanfaat dan memberikan hasil yang patut diacungi jempol. Tidak hanya ngerumpi di sana sini dengan membicarakan hal-hal yang tiada bermanfaat.
Kaum wanita harus mampu mengambil perannya masing-masing dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya. Gagasan Sarinah adalah gerakan perempuan yang tidak berorientasi pada hak kesamaan seperti laki-laki, tapi bersama-sama mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera.
Pemikiran Soekarno pada buku Sarinah yang relevan dengan perempuan abad 21. Adalah soal keluarga patriarki yang tidak menindas perempuan, serta evolusi menuju gerakan sosialis untuk solusi masalah kapitalisme yang menyiksa perempuan sebagai ibu dan tenaga kerja," katanya.
Dearah sekarang, kami menyoroti peran dan posisi perempuan dalam agama yang sering ditafsirkan saling berhadapan. Musuh perempuan sesungguhnya adalah penafsiran agama yang bias gender dan tidak ramah perempuan, bukan agama itu sendiri. Letak masalahnya dalam realitas sosial, penafsiran agama tersebut sering diperlakukan sebagai sesuatu yang sakral, bahkan lebih sakral dari kitab suci.
Sejarah perempuan dari zaman purba sampai sekarang diceritakan dalam buku sarinah karangan Ir. Soekarno presiden pertama republik Indonesia. Dari masa kejayaan perempuan sampai kisah-kisah tragis yang dialami perempuan. Pada zaman dahulu perempuan sempat berjaya dalam kata lain perempuan menjadi tokoh sentral dalam memainkan kisah kehidupan yang dijalani manusia.
Perempuan adalah orang pertama yang membuat kerajinan atau menciptakan kegiatan produksi seperti menenun kain, membuat perkakas rumah tangga dsb. Orang pertama yang berkebun dan menciptakan kegiatan pertanian serta berternak, serta yang pertama-tama membuat konsep tempat tinggal yang menetap dengan tinggal di dalam rumah. Saking pentingnya peran perempuan maka lahirlah system sosial “matrenialisme”.
Namun karena sifat lelaki yang tidak mau kalah dari perempuan, serta hasil dari perburuan semakin sedikit, maka semua peran penting perempuan diambil alih oleh kaum adam. Setelah lelaki menguasai semua pekerjaan, seperti berternak dan pertanian maka lelaki memandang dirinya sebagai penguasa dan perempuan hanya dipandang sebagai “benda” atau “milik” yang fungsinya hanya sebagai benda atau alat yang digunakan untuk kepentingan kaum adam, atau hanya sebagai hiasan atau juga sebagai lambang kekuasaan dan kekayaan.
Begitu rendahnya harga perempuan menjadikan peran perempuan hanya sebagai budak bahkan dalam buku ini menyebutkan bahwa “perempuan adalah budak sebelum adanya perbudakan”. Pada Zaman Jahiliyah di Timur Tengah orang-orang malu mempunyai anak perempuan bahkan dengan tega membunuh bayi-bayi perempuan yang lahir. Mereka menganggap bayi-bayi perempuan tersebut tidak berguna  dan nyawanya sangat tidak berguna. Maka dari itu sebenarnya Islam datang untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan dalam kedudukannya di masyarakat, akan tetapi banyak juga yang tidak mengerti dan mengkaburkan ajaran atau nilai Islam tentang perempuan.
Pada akhirnya kita lihat dewasa ini jarang sekali perempuan yang mempunyai kedudukan atau yang menyumbangkan usaha atau intelektualitasnya untuk kemajuan serta kesejahteraan manusia. Perempuan hanya mengandalkan wajah, tubuh serta kecantikannya untuk mencapai posisi penting dalam masyarakat bukan dari hasil usaha kerja keras dan intelektualitas sebagai mahluk yang berperadaban. Peran perempuan hanya sebagai seorang istri atau seorang ibu yang hanya mengurus kehidupan rumah tangga keluarga, aktivitas perempuan hanya mematut-matut diri, menghias diri dan menunggu seorang lelaki yang datang untuk melamarnya. Seberapa pun tinggi pendidikan  dan pengetahuan perempuan kemudian semua itu berhenti dan mati setelah pernikahan dan masuk dalam kehidupan rumah tangga, sangat sedikit sekali perempuan yang berkembang dan maju dalam kehidupannya.
Begitu banyaknya eksploitasi terhadap perempuan mulai dari kekerasan, pelecahan seksual, perbudakan, bahkan sampai kasus perjual-belian manusia (Trafficking) menambah daftar ketidak-adilan terhadap perempuan. Padahal peran penting perempuan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bernegara sangatlah penting. Juga dalam kehidupan seorang lelaki juga sangat penting, berapa banyak lelaki atau Negara yang hancur karena hanya seorang perempuan, dan berapa banyak lelaki atau Negara yang Berjaya karena seorang perempuan.
Dalam kenyataanya kepandaian intelektualitas perempuan tidak berbeda dengan lelaki. Banyak sekali perempuan-perempuan yang pandai dan mempunyai otak yang cemerlang serta banyak sekali perempuan yang mempunyai kreatifitas-kreatifitas bahkan semua itu ada yang mengungguli dari lelaki.
Berangkat dari gagasan diatas kami sebagai generasi muda yang tergabung dalam sebuah wadah organisasi GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA (GMNI) Kota surabaya, bermaksud untuk melakukan penyadaran, pemahaman, dan penyikapan solutif yang mampu menjawab atas tantangan zaman. Sehingga kami bermaksud untuk menyelenggarakan kegiatan yang akan kami sampaikan sebagaimana berikut :

I.              NAMA DAN THEMA KEGIATAN

A.     Nama Kegiatan
Kegiatan ini bernama “Seminar Kebangsaan” yang mana kegiatan ini kami selenggarakan dan kami sesuaikan dengan situasi dan kondisi permasalahan yang ada dimasyarakat khususnya  Sarinah.

B.     Tema Kegiatan
Sedangkan kegiatan ini kami beri tema:
 Reposisi Gerakan Sarinah Dalam Perjuangan Membangun Bangsa. 

0 komentar:

Posting Komentar

DPC GmnI Kota Surabaya © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute