SILABUS
KADERISASI
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia*
(M.Ali
Shodikin SHI)
Ketua DPC GMNI Surabaya 2012-2014
Landasan Pemikiran
Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI) adalah sebuah organisasi gerakan yang berbasiskan intelektual
muda (mahasiswa) yang memiliki cita-cita terwujudnya sosialisme Indonesia sebagai satu sinthesa yang berdasarkan
atas asas marhaenisme yaitu : sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan
Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun di lain pihak, ternyata sejarah perkembangan kapitalisme telah
berimplikasi terjerumusnya kehidupan rakyat Indonesia dalam sebuah penderitaan
panjang berupa penindasan dan penghisapan kapitalisme dan imperialisme
negara-negara maju. Ketidakberdaulatan politik, ketergantungan ekonomi, serta kehancuran mental dan moral budaya
bangsa, adalah sebuah realitas sejarah dimana rakyat Indonesia menjadi tumbalnya. Dan
realitas sejarah tersebut telah menjauhkan cita-cita bangsa yang menginginkan
terwujudnya masyarakat adil dan makmur zonder
exploitation de l’homme par l’homme dan zonder
exploitation de nation par nation. Padahal cita-cita bangsa tersebut
merupakan cita-cita ideologi yang diemban oleh GMNI yaitu terwujudnya
sosialisme Indonesia.
Oleh karena itu, dengan mencermati realitas di atas, telah menjadi
tanggung jawab seluruh kader GMNI untuk menegakkan kembali cita-cita sosialisme
Indonesia
tersebut demi amanat penderitaan rakyat (AMPERA). Revolusi adalah pilihan
perjuangan yang akan dilakukan GMNI. Revolusi yang berarti perubahan secara
cepat dan radikal; revolusi yang tidak mengenal titik, melainkan terus mengalir
sampai akhir jaman (panta rhei);
revolusi yang bersifat merombak mental dan moral bangsa untuk dikembalikan
kepada jati diri masyarakat marhaenis yaitu humanis, gotong royong dan anti
penindasan.
Dengan tugas dan tanggung jawab tersebut, maka GMNI sebagai alat
pendidikan kader harus mampu membentuk, menggembleng dan mencetak generasi muda
sebagai kader pelopor yang progressif, revolusioer dan radikal, untuk memimpin
jalannya revolusi dalam upaya mewujudkan sosialisme Indonesia yaitu berdaulat
di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang
kebudayaan.
Berdasarkan
kerangka pemikiran tersebut di atas, maka GMNI merasa perlu untuk menyusun
Silabus Kaderisasi yang akan menjadi acuan resmi organisasi sebagai upaya
mencetak kader-kader yang diharapkan mampu menjadi pelopor dan pemimpin
revolusi Indonesia.
Dengan terbentuknya silabus kaderisasi, diharapkan sistem pengkaderan GMNI akan
lebih sistematis, terarah sehingga mendukung terbentuknya kader-kader yang
ideologis, progresif, revolusioner dan berkepribadian. Untuk itu maka di dalam
silabus kaderisiasi GMNI, sistem pengkaderan diputuskan untuk dibagi dalam 4 tahapan kaderisasi yaitu :
1. Pekan
Penerimaan Anggota Baru (PPAB);
2. Kaderisasi
Tingkat Dasar (KTD);
3. Kaderisasi
Tingkat Menengah (KTM);
4. Kaderisasi
Tingkat Pelopor (KTP).
Pekan Penerimaan Anggota
Baru (PPAB)
Maksud
PPAB
adalah masa penerimaan anggota baru GMNI yang ditujukan kepada seluruh
mahasiswa Indonesia.
PPAB berfungsi sebagai alat pengenalan organisasi kepada seluruh para calon
anggota agar dapat memahami peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab GMNI dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan pelaksanaan PPAB tersebut diharapkan
para calon anggota akan terbangun kesadarannya khususnya tentang kesadaran akan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai generasi muda terhadap masa depan dan
cita-cita bangsa.
Tujuan
Tujuan PPAB adalah membangun instuisi kesadaran para
calon anggota. Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran akan ruang dan waktu
dimana calon anggota telah memahami dan meyakini bahwa membangun kehidupan
bangsa adalah benar-benar menjadi tugas dan tanggung jawabnya yang harus
diimplementasikan, dan GMNI adalah wadah dalam upaya mengimplementasikan tugas
dan tanggung jawabnya tersebut.
Materi
Selama pelaksanaan PPAB, para calon anggota diberikan
masukan-masukan materi yang diharapkan akan membantu para calon anggota dalam
membangun kesadaran dan visi akan peran dan tanggung jawabnya sebagai generasi
muda bangsa. Materi-materi tersebut antara lain : Ke-GMNI-an; Nasionalisme dan
Patriotisme Indonesia;
serta Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara.
Format
Pengkaderan
Materi disampaikan dengan cara kuliah umum (ceramah). Ceramah
berfungsi sebagai alat pendorong dan stimulus pemikiran bagi para calon anggota dalam upaya memahami materi dan
persoalan yang diketengahkan. Materi ceramah harus tetap berpijak pada teori
dan realitas yang relevan agar mampu dicerna secara baik oleh para calon
anggota.
Metode kedua adalah dialog. Dialog tidak diartikan pada sebatas proses
tanya jawab antara pemateri dan calon anggota, tetapi dialog diartikan sebagai
proses tukar pikiran antara pemateri dan para calon anggota. Proses dialog
bertujuan untuk membangun keberanian para kader dalam mengemukakan
pemikiran-pemikirannya. Di samping itu, dengan dialog tersebut panitia dapat
melihat dan menilai tentang metode berpikir dan cara pandang yang dipakai oleh
calon anggota dalam menangkap dan menganalisa persoalan-persoalan yang
didasarkan pada materi yang mereka serap.
Metode ketiga
adalah diskusi. Diskusi dilakukan dengan cara memberikan sebuah persoalan
kepada para calon anggota untuk dianalisa dalam sebuah diskusi terbuka yang
melibatkan pemateri, panitia dan para calon anggota. Persoalan yang diberikan
tetap harus diarahkan pada persoalan yang masih berkaitan erat dengan
materi-materi yang telah diberikan. Dengan diskusi tersebut diharapkan para
calon anggota akan lebih mudah memahami dan menganalisa materi-materi yang
telah diberikan selama PPAB. Masa waktu pelaksanaan PPAB paling lama 2 (dua)
hari.
Pelaksana
PPAB
dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang dibentuk dan disahkan oleh Pengurus
Komisariat GMNI. PPAB dilaksanakan minimal satu kali dalam satu periode
kepengurusan komisariat. Kepanitiaan PPAB dapat dibentuk dalam satu komisariat
maupun lintas komisariat (kepanitiaan bersama). Pelantikan peserta PPAB menjadi
anggota GMNI dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang bersangkutan.
Kerangka Acuan
Materi Ke-GMNI-an
Materi ke-GMNI-an
ditujukan untuk mengenalkan GMNI sebagai organisasi kepada para calon anggota.
Pengenalan organisasi GMNI tersebut meliputi sejarah GMNI, AD/ART GMNI dan
peran GMNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesejarahan GMNI ditinjau dari sejarah pertarungan ide dan pemikiran
yang bersifat ideologis. Dan GMNI adalah sebuah pilihan final untuk mewadahi
pertarungan ide dan pemikiran tersebut. Kesejarahan pertarungan ide dan
pemikiran itu dapat dianalisa dari runtutan kongres ke kongres dimana di
dalamnya terjadi dinamika gerakan dan perjuangan GMNI dalam upaya mewujudkan
cita-cita marhaenisme.
Pemberian materi AD/ART GMNI ditujukan untuk mengenalkan sistem
keorganisasian di tubuh GMNI, khususnya tentang aturan hukum (rule of law) dan aturan main (rule of game) yang berlaku di GMNI.
Dengan pengenalan AD/ART tersebut maka para calon anggota diharapkan akan mampu
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan mekanisme keorganisasian
yang berlaku di tubuh GMNI. Pokok-pokok yang
menjadi prioritas materi dalam pengenalan AD/ART tersebut antara lain :
pembukaan Anggaran Dasar yang menerangkan tentang sifat dan watak perjuangan
GMNI; asas organisasi yang menerangkan tentang ideologi dan cita-cita GMNI,
struktur keorganisasian yang bersangkut paut pada pembagian tugas, kerja dan tanggung jawab
tiap organ kepengurusan di GMNI berdasarkan hirarkis keorganisasian, serta hak
dan kewajiban para anggota.
Peran GMNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara disampaikan dengan
cara pengemukaan realitas perjuangan yang dilakukan GMNI agar dapat lebih
menggugah kesadaran dan semangat para calon anggota. Pengemukaan realitas
perjuangan dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh gerakan yang
dilakukan GMNI baik skala nasional, regional maupun lokal. Namun dari
pengemukaan contoh tersebut, tetap lebih diprioritaskan pada kasus-kasus lokal
yang diperjuangkan oleh komisariat maupun DPC bersangkutan. Sebab dengan
pengemukaan kasus lokal tersebut propaganda dan indoktrinasi akan lebih mudah
ditangkap dan diterjemahkan oleh para calon anggota.
Dari uraian tersebut di atas, maka secara garis besar, kerangka acuan
materi ke-GMNI-an dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Sejarah
lahirnya GMNI
2. Sejarah
pertarungan ide dan pemikiran GMNI
3. Watak
dan cita-cita perjuangan GMNI
4. Asas
dan asas perjuangan GMNI
5. Keorganisasian
di tubuh GMNI
6. Peran
dan tantangan yang dihadapi oleh GMNI
Materi Nasionalisme dan
Patriotisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia
merupakan materi yang ditujukan untuk memberikan pemahaman secara benar bagi
para calon anggota tentang roh dan jiwa nasionalisme Indonesia. Materi nasionalisme
dimulai dari tahapan sejarah munculnya nasionalisme dengan merujuk pada
beberapa tokoh seperti Ernest Renan, Otto Bauer, dan lain-lain.
Tahapan kedua pemberian materi nasionalisme adalah tentang dinamika
sejarah nasionalisme negara-negara di dunia dengan mengemukakan minimal 4
(empat) kejadian sejarah penting yaitu : perang di awal abad XI (perang antar
agama), perang di abad pertengahan, perang dunia I dan perang dunia II:
- Perang
antar agama di abad XI ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada para calon
anggota seobyektif-obyektifnya tentang motif-motif yang melandasi peperangan
tersebut, apakah benar atas dasar nasionalisme-agama, ataukah hanya kepentingan
perluasan ekspansi kekuasaan masing-masing pihak;
- Peperangan
yang terjadi di abad pertengahan ditujukan untuk mengetahui karakteristik
nasionalisme yang mewarnai pada masa itu, dengan merujuk pada penganalisaan
slogan gold, glory and gospel;
- Perang
dunia I juga ditujukan untuk mengetahui motif dan karakteristik nasionalisme
yang melandasi semangat masing-masing negara pada masa itu;
- Perang
dunia II ditujukan untuk mengetahui tentang karakteristik nasionalisme
chauvinistik khususnya di Jerman, Italia, dan Jepang.
Tahapan ketiga adalah
pengetengahan sejarah munculnya nasionalisme di Indonesia beserta ciri dan
karakterinya. Pemberian materi nasionalisme Indonesia
lebih di titik beratkan pada pembahasan mengenai ide dan pemikiran Sukarno
tentang nasionalisme Indonesia,
dimulai dari tokoh yang mengilhami Sukarno, teori yang dipakai oleh Sukarno dan
realitas politik yang mendukung pemikiran Sukarno pada saat itu.
Tahapan keempat adalah studi komparasi antara nasionalisme barat
khususnya di eropa pada masa abad pertengahan dengan nasionalisme Indonesia, agar
para calon anggota dapat mengetahui letak perbedaan dan kesamaannya.
Patriotisme Indonesia
Materi patriotisme adalah materi yang mempelajari pemikiran-pemikiran founding fathers di Indonesia.
Tokoh-tokoh yang dibahas nantinya adalah pemikiran Cokroaminoto, Sukarno,
Sema’un, Tan Malaka, Syahrir dan Hatta. Pemikiran para tokoh yang diambil dan
dibahas tersebut menyangkut visi kebangsaan beserta cara, sikap dan cita-cita
perjuangannya menghadapi kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.
Pemikiran dari Cokroaminoto ditekankan pada konsep-konsep pemikiran dan
perjuangannya tentang Islam dalam menghadapi kolonialisme imperialisme Belanda.
Disamping itu perlu pula mengangkat perbedaan pemikiran antara Cokroaminoto
dengan Sema’un dan Haji Misbach sehingga berakibat pecahnya SI menjadi SI merah
dan SI putih.
Pemikiran dari Sukarno ditekankan pada konsep persatuan Sukarno dengan
merujuk pada tulisannya berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” (DBR
I). Disamping itu perlu pula untuk sedikit memberikan gambaran perbedaan
pemikiran antara Sukarno dan Hatta tentang taktik dan strategi perjuangan
meraih Indonesia
merdeka.
Pemikiran dari Moh. Hatta ditekankan pada konsep-konsepnya tentang
membangun bangsa Indonesia
baik dari sistem politik dan sistem ekonomi kerakyatan yang digagas dan
dikembangkannya lewat sistem koperasi. Pemikiran Hatta lainnya adalah
menganalisa pandangan-pandangan Hatta tentang marxisme.
Pemikiran dari Sema’un ditekankan pada pandangan dan cita-citanya dalam
upaya membangun masyarakat Indonesia
menjadi masyarakat komunis. Selain itu, perlu juga diketengahkan perbedaan
prinsip antara pemikiran Sema’un cs dan Tan Malaka sehingga berakibat keluarnya
Tan Malaka dari Partai Komunis Indonesia
dan mendirikan partai baru (PARI dan MURBA).
Pemikiran Tan Malaka yang perlu diketengahkan adalah pengantar dasar
dari teori Madilog (materialisme, dialektika dan logika) yang dikembangkan oleh
Tan Malaka, dan pandangan-pandangannya tentang Republik (Res Publika) dan ketidaksepakatannya terhadap PKI yang mencoba
menganut pola pemerintahan Uni Sovyet (lihat : tulisan Tan berjudul Uni Sovyet
atau Parlementer).
Pemikiran dari Sahrir yang perlu diangkat adalah pokok-pokok pikirannya
tentang sosialisme, serta sifat dan pola gerakan yang digunakannya dalam
menghadapi kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Hal lain yang perlu
untuk ikut dibahas adalah tentang pandangan Sahrir terhadap Sukarno dan Hatta.
Setelah pembahasan
pemikiran para tokoh tersebut, kemudian dilanjutkan pada analisa komparatif
pemikiran para tokoh untuk mengetahui secara jelas letak perbedaan dan
kesamaannya.
Dari uraian tersebut di
atas, maka secara garis besar kerangka acuan materi “Nasionalisme dan
Patriotisme Indonesia”
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Nasionalisme Indonesia
1. Sejarah
lahirnya nasionalisme di dunia
2. Teori
dan tokoh nasionalisme
-
Ernest Renan
-
Otto Bauer
-
Gandhi
(jika
dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambah oleh pemateri)
3. Sejarah
peperangan dunia dan nasionalisme
4. Sejarah
nasionalisme Indonesia
5. Karakteristik
nasionalisme Indonesia
6. Studi
komparasi nasionalisme barat (eropa) dan nasionalisme Indonesia
Patriotisme Indonesia
1. Ide dan pemikiran founding fathers
-
Cokroaminoto (pandangannya tentang Islam
sebagai alat perjuangan)
-
Sukarno (nasionalisme dan marhaenisme)
-
Tan Malaka (madilog dan res publica)
-
Sema’un (marxisme/komunisme)
-
Syahrir (sosialisme kerakyatan)
-
Hatta (ekonomi kerakyatan dan sosialisme)
(jika
dipandang perlu, teori dan tokoh dapat ditambah oleh pemateri)
2. Analisa
komparatif pemikiran antara founding father
-
Sukarno dan Hatta
-
Sema’un dan Tan Malaka
-
Sukarno dan Sahrir
-
Sukarno dan Tan Malaka
-
Sukarno dan Sema’un – Alimin – Muso
Materi Peran Pemuda dan
Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Materi “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara” dimulai dari sejarah kebangkitan pemuda pada masa pra
kemerdekaan sampai saat ini. Penyampaian sejarah gerakan pemuda pra kemerdekaan
dimulai dari Budi Utomo, Sumpah Pemuda sampai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Penyampaian sejarah gerakan pemuda tersebut
dititik
beratkan pada sejarah ide, pemikiran, platform
dan paradigma yang berkembang di kalangan pemuda saat itu.
Penyampaian sejarah gerakan pemuda pasca kemerdekaan dimulai dari
gerakan mahasiswa angkatan 66, gerakan mahasiswa tahun 70-an, gerakan mahasiwa
tahun 80-an sampai pada masa gerakan reformasi 1998. Pola penyampaian dilakukan
dengan cara menggunakan metode analisa komparatif masing-masing gerakan,
meliputi : karakter gerakan, paradigma gerakan, dan strategi gerakan di
masing-masing elemen. Dengan analisa komparatif di atas diharapkan para calon
anggota akan mampu melihat dan menilai letak kegagalan dan keberhasilan peran
pemuda di masing-masing angkatan, baik
pada masa pra kemerdekaan sampai masa paska kemerdekaan.
Tahapan pemberian materi selanjutnya adalah mengajak calon anggota
untuk menelusuri dasar-dasar ideologi yang mewarnai platform dan paradigma gerakan di tiap-tiap angkatan. Penelusuran
ideologi tersebut dapat dilakukan dengan merujuk pada cita-cita, paradigma dan
metode yang dipakai oleh tiap-tiap angkatan.
Berdasarkan uraian di
atas, maka secara garis besar, kerangka acuan materi “Peran Pemuda dan
Mahasiswa dalam Kehidupan Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara” dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Peran
Pemuda dan Mahasiswa dalam perspektif sejarah
-
Budi Utomo
-
Konggres Pemuda II (Sumpah Pemuda)
-
Lahirnya Pancasila
-
Proklamasi Kemerdekaan
2. Paradigma
gerakan pemuda dan mahasiswa
-
pandangan dan cita-cita
-
ideologi yang berkembang
3. Analisa
komparatif gerakan mahasiswa 66, 70, 80 dan 98 meliputi :
-
sikap terhadap kekuasaan
-
cita-cita dan paradigma tiap-tiap
gerakan/angkatan
-
metode dan pola gerakan ditiap-tiap angkatan
4. Keberhasilan
dan kegagalan gerakan pemuda dan mahasiswa