(Surabaya 9/11) Memperingati hari
pahlawan 10 november, tidak pernah dilepaskan dari kota Surabaya yang memiliki
ikon sebagai kota pahlawan itu sendiri. Namun heroisme kota pahlawan kini
seolah redup di bayang-bayangi perayaan glamour yang bahkan sering
menghilangkan esensi kepahlawanan. Padahal sejatinya memperingati Hari
Pahlawan merupakan salah satu upaya pelestarian sejarah bangsa, seperti halnya
mendirikan monumen dan museum. Bedanya, pelestarian ini dalam wujud sikap dan
tindakan, sedangkan monumen dan museum lebih ke dalam bentuk benda-benda
peninggalan sejarahnya.
Lebih lanjut Dalam hiruk pikuk
Surabaya yang semakin padat, kini mulai kehilangan identitas
kepahlawanannya. Sendi kehidupan masyarakat cenderung dihiasi gemerlap
kapitalisme hingga menutup mata masyarakat terhadap perjuangan arek-arek
suroboyo tempo dulu. Bahkan bisa jadi mereka yang berperan atas peristiwa
perobekan bendera merah putih biru menjadi merah putih di hotel Yamato kini
menjadi veteran tua yang diabaikan, bukan hanya pemerintah tapi oleh masyarakat
sekitar yang tanpa sadar telah menikmati jasanya.
Ketika identitas kepahlawanan
kota Surabaya dan pejuang Surabaya dipinggirkan, harusnya kita mulai sadar akan
pentingnya keberadaan Surabaya yang 67 tahun lalu dan kini. menjadi medan laga
pertempuran fenomenal diperang dunia II, karena di tangan arek-arek surabayalah
untuk pertama dan terakhir kalinya jenderal sekutu tewas dalam pertempuran
selama perang dunia II. Hingga kemudian menyulut kemarahan pasukan sekutu yang
selanjutnya pada 10 November 1945 membombardir rakyat Surabaya karena
bersikeras untuk jihad membela kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
Kini bukti-bukti sejarah heroisme
mulai memudar berganti dengan bukti cengkeraman kapitilisme yang diejawantahkan
sebagai gedung pencakar langit Surabaya. Harusnya pemerintah mulai
memperhatikan dan memberi alokasi kusus guna melestarikan budaya heroisme
dengan menjaga bukti-bukti ontentiknya yang berupa gedung-gedung bersejarah
yang akhirnya menjadi “pepiling” akan betapa ksatriyanya arek-arek suroboyo.
Maka dari itu, melalui tema 10
Nopember 1945 Sebagai Spirit Perjuangan Pemuda, kami dari Jaringan Mahasiswa
Pejuang Surabaya yang terdiri dari GMNI, PMII, GMKI, PMKRI, HMI dan LMND pada 9
nopember 2012 di Jembatan Merah Surabaya, berupaya mengajak masyarakat dan
pemerintah untuk tidak lupa akan pahit getirnya sejarah, sehingga melalui
pelajaran dari lembaran yang termaktub didalamnya kita bisa menemukan spirit
yang dapat menggairahkan kita untuk sadar memperjuangkan bangsa. Acara yang
juga disisi dengan menyalakan Seribu Lilin Kepahlawanan ini juga merekomendasikan
poin-poin berikut:
1. Pemerintah
saatnya lebih memperhatikan kehidupan dan kesejahteraan para Veteran yang tak
lain adalah pelaku sejarah fenomenal kota Surabaya.
2. Pemerintah Pusat
sudah seharusnya memberi Dana Alokasi Khusus (DAK) guna pelestarian Cagar
Budaya Kota Pahlawan yang merupakan saksi bisu heroisme Surabaya.
3. Mengusulkan agar
ikon kota pahlawan Surabaya bukan hanya pemanis bibir, malainkan merealisasikan
Surabaya sebagai kota sejarah. Mengingat terdapat berbagai pristiwa sejarah
penting Indonesia terjadi di kota Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar