Sabtu, 12 Mei 2012

PEMUDA ITU (SEPERTI) APA?

Artikel Komisariat GmnI FD IAIN Sunan Ampel Surabaya 


PEMUDA ITU (SEPERTI) APA?
Oleh : Sarinah Fara*

Tua dan muda adalah sebuah kombinasi yang saling melengkapi. Hal ini semakin dikuatkan dalam statemen the founding father yang berbunyi “Beri aku 10 orang tua maka akan kucabut semeru beserta akarnya, beri aku 10 pemuda maka akan kuguncangkan dunia”. Kata-kata tersebut bukanlah sekedar slogan, namun lebih pada konsep peranan pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertanyaannya adalah pemuda seperti apa yang berhasil menaklukkan dunia itu?
Dalam sejarah Indonesia, gerakan kepemudaan selalu memberikan suntikan energi baru bagi perubahan sosial dan politik di Indonesia. Budi Utomo, Serikat Islam, hingga organisasi kemahasiswaan semacam GmnI, PMII, HMI, KAMMI, dan lain sebagainya adalah contoh konkrit dari perjuangan pemuda-pemuda Indonesia. Pemuda berdiri sebagai tokoh utama dalam menciptakan gerakan revolusioner. Mereka terorganisir menuntut perbaikan yang mensejahterakan. Kampus-kampuspun beralih peran, tidak sekedar tempat menimba ilmu, tapi juga semakin ramai dengan dinamika politik. Realitas masyarakat yang begitu kompleks di balik pagar kampus memanggil pemuda-pemuda itu untuk turut serta dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Musuh terbesar kita hari ini adalah kapitalisme. Kapitalisme menjauhkan bangsa dari peradabannya, dari ‘identitas’nya sendiri. Kapitalisme merangsang bangsa untuk tidak berkepribadian. Namun menjadikannya seperti buih laut yang mudah diombang-ambingkan. Penjajahan semacam inilah yang berakibat fatal bagi bangsa. Ketika seseorang tidak memiliki dirinya sendiri, ketika seseorang menjauhi dirinya sendiri, maka yang ada adalah seonggok Negara yang tandus akan perjuangan, Negara yang dahaga akan kesejahteraan dan kemudian perlahan-lahan akan mati tanpa namanya.
Musuh kedua kita hari ini adalah fundamentalisme. Fundamentalisme adalah gerakan keputusasaan yang menghendaki pengembalian kita pada masa lalu. Kita tak harus menjadi manusia kemarin untuk menjadi lebih baik. Kita tak harus menyempitkan pandangan dalam satu titik untuk menjadi lebih baik. namun betapa indahnya jika kacamata yang kita kenakan terbuka dan kita akan melihat dunia.
Kapitalis dan fundamentalis agaknya mulai merasuki relung-relung kehampaan pemuda dewasa ini. Kapitalis mengantarkan pemuda-pemudi kita menjadi hedonis, apatis dan kontra terhadap gerakan revolusioner. Budaya-budaya barat dijunjung setinggi-tingginya, pemikiran-pemikiran berubah aliran dari idealis menjadi materialistis. Semua mengacu pada sector ekonomi. Sedangkan fundamentalis memanfaatkan pemuda yang putus asa karena tidak mampu mencapai kesejahteraan menjadi kelompok pemberontak berjargon agama. Agama dijadikan alat pemecah belah. Peran agama dibuat sedemikian absurd, kita diajak untuk kembali ke masa lalu dalam mimpi-mimpi kecil keemasan yang sudah lama berlalu. Apakah kita terlalu takut untuk menciptakan sejarah kita sendiri sehingga harus kembali? Apakah kita tidak bisa menghadirkan keemasan itu kembali di hari ini dan untuk masa depan? Kesenjangan-kesenjangan semacam ini mengakibatkan beralihnya peran pemuda sebagai benteng bangsa. Pemuda dianggap tak pantas menjadi perisai.
Pada dasarnya pemuda adalah tonggak perjuangan bangsa. Kemajuan Negara berdasar dari kualitas pemudanya. Jika sebuah bangsa memiliki pemuda-pemudi yang tangguh yang mampu menggiring Negara menuju kemapanan dan kesejahteraan. Akan tetapi sebaliknya jika Negara ditinggalkan pemuda-pemudinya yang lebih bangga dengan film-film Hollywood dan lebih kuat dengan gerakan penekan dari aksi-aksi simbolik berdasar agama maka Negara itu hanya akan ada dalam buku sejarah masa lalu. Namun sekali lagi, pertanyaannya, bagaimana menciptakan pemuda yang sebenar-benarnya pemuda?
Pertama, pemuda yang mampu menaklukkan dunia adalah pemuda yang berketuhanan yang maha esa. Kita kembali pada pancasila itu sendiri. Ketuhanan yang maha esa merupakan hakikat manusia hidup. Jika seseorang meyakini kekuatan Tuhan dalam kehidupannya, maka yang dihasilkan adalah individu-individu yang terjaga dari kedzaliman, dari kemunafikan. Agama adalah the right to life, liberty and the pursuit of happiness. Apabila seseorang kehilangan indera agamanya, maka ia akan kehilangan fungsi dan pengaruhnya. Pemuda yang beriman adalah pemuda yang mampu menempatkan diri dengan keteguhan prinsip hidup.
Kedua, adalah pemuda yang berkeadilan dan beradab berdasar prinsip kemanusiaan. Setelah meneguhkan eksistensi ‘ketuhanan’ dalam jiwa pemuda, konsep kedua ini menekankan pada aplikasi dari kekuatan agama dalam kehidupan sosial. pemuda mampu menciptakan keadilan dalam dirinya dan juga dalam kehidupan masyarakat. pemuda yang berani menjegal kedzaliman. implementasinya pemuda yang seperti ini akan menebus ketidakberdayaan rakyat dari legitimasi pemerintahan yang korup, yang tidak berpihak pada rakyat, yang bertele-tele dalam menyelesaikan permasalahan bangsa. Adil dan beradab dapat dikonsepsikan sebagai sebab-akibat, jika keadilan mampu ditegakkan setinggi-tingginya maka yang dicapai adalah langit-langit keberadaban yang meneguhkan kemanusiaan.
Ketiga, adalah konsep pemuda yang bersatu dalam kerangka Indonesia Raya. Persatuan merupakan azas terpenting dalam menciptakan suatu kombinasi perjuangan yang kukuh dalam mempertahankan kemerdekaan. Ini juga sesuai yang terkandung dalam semboyan Negara kita, bhineka tunggal ika. Pemuda yang menyadari bahwasannya perbedaan adalah keniscayaan dan perbedaan adalah sebuah dinamisasi yang akan menghasilkan komposisi yang indah adalah pemuda-pemudi yang memiliki daya juang ideal. Mereka akan bergerak bersama-sama dalam ranahh yang beragam untuk mencapai keselarasan hidup berbangsa dan bernegara.
Keempat, pemuda yang demokratis, yakni menghargai satu sama lain. tidak saling menyikut, tidak saling menghancurkan. Pemuda yang demokratis akan menjunjung azas demokrasi, tentunya yang berdasar atas kerakyatan. Demokrasi kita hari masih setengah jadi. Jika kita menganalisis pada dasarnya musyawarah merupakan manifestasi falsafah kebersamaan, bukan sekedar ‘voting’. Namun pada kenyataannya pemilihan umum sebagai salah satu proses musyawarah tidak benar-benar tereduksi dalam memilih wakil-wakilnya akan tetapi lebih pada representasi partai. Begitu juga yang terjadi dalam pemilihan umum sistem distrik pada masa orde baru, hak rakyat hanya sampai pada pemilihan wakil rakyat bukan pemimpin. Jika dianalogikan, kita tengah mengenakan pakaian demokrasi namun jahitannya banyak yang rumpang yang akibatnya lambat laun bangsa kita akan telanjang dengan sendirinya dari pakaian demokratis yang hendaknya mampu mengindahkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita tengah butuh generasi yang rindu akan demokrasi yang mapan. Yang kemudian dalam perjuangannya mampu memperbaiki bangunan demokrasi kita yang rumpang dan sarat akan kepentingan-kepentingan.
Kelima, pemuda yang memiliki prinsip keadilan sosial. Keadilan sosial dapat berfungsi sebagai objek dan juga berperan sebagai tujuan. Makna keadilan berorientasi pada keberadaan yang adil dan sosial adalah sifat dari keberadaan tersebut. Pemuda yang tinggi jiwa sosialnya adalah ia yang membawa perubahan besar pada tatanan hidup masyarakat untuk lebih berdikari di bidang perekonomian dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Lima konsep pemuda yang penulis ajukan merupakan konsep yang diambil dari dasar Negara kita yakni pancasila. Pancasila merupakan sebuah common denominator dari semua ideology dan aliran pemikiran. Pemuda yang pancasilais adalah pemuda yang masih mampu tegak berdiri menghadapi zaman.Pemuda yang pancasilais adalah pemuda yang tidak lupa akan hakikat dirinya sebagai hamba Tuhan yang Maha Esa. Pemuda yang pancasilais adalah pemuda yang konsisten dalam berkepribadian. pemuda yang pancasilais adalah pemuda yang menjunjung tinggi persatuan, pluralisme dan berpihak pada keadilan.
Pertanyaannya, dibatas manakah kepancasilaisan kita sebagai pemuda hari ini??

*Ketua Komisariat GmnI FD IAIN Sunan Ampel Surabaya.                                                                                   
Komisariat Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya

















PROFIL
GmnI FAKULTAS DAKWAH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA



Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel merupakan fakultas yang konsentrasi keilmuannya adalah ilmu sosial dan komunikasi. Keilmuan-keilmuan inilah yang menjadikan fakultas dakwah dipandang sebagai fakultas yang berorientasi pada kemasyarakatan dan ruang lingkupnya. Dengan visi dan misi menjunjung tinggi nilai-nilai islam, dan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai motor penggerak perubahan di segala aspek, fakultas dakwah juga menekankan nilai-nilai kebangsaan dan menolak islam dijadikan alat untuk mengganti ideologi Negara Indonesia (Seperti yang dikemukakan Dekan Fakultas Dakwah dalam seminar kebangsaan). Adapun jurusan dan program studi adalah Jurusan Kepenyiaran Islam, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Jurusan Manajemen Dakwah, Progran Studi Ilmu Komunikasi, Program Studi Ilmu Psikologi dan Program Studi Sosiologi.

Sebagai corak baru organisasi kemahasiswaan di Fakultas Dakwah, GmnI berdiri menghilangkan kesan radikal dalam islam. GmnI juga mengembalikan hakikat bangsa pada kebangsaannya dengan menekankan nilai-nilai pancasila. GmnI menggodog kaum nasionalis yang agamis. Dengan jargon sosial yang diusung fakultas dakwah, GmnI juga menciptakan dunia sosial yang berkeadilan dan berkebangsaan.
GmnI selain dianggap mampu menerjemahkan nilai-nilai pancasila juga melengkapi makna implisit dari dakwah itu sendiri yakni dakwah yang memberdayakan (empowerment), dakwah yang membawa perubahan (change), dan dakwah yang mensejahterakan (welfare). Ketika ketidakberdayaan menghujam masyarakat, GmnI bersama rakyat terjun di lapangan untuk menyelesaikan bersama-sama masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Hal ini dibuktikan dengan beberapa program kerja dari komisariat fakultas dakwah yang banyak berorientasi di dunia sosial. komisariat fakultas dakwah, fakultas syariah dan komisariat fisip unair bekerja sama menggalang dana untuk acara bakti sosial di perkampungan nelayan Sidoarjo sekaligus mencanangkan program pemberdayaan masyarakat. membangun sekolah-sekolah rakyat di pinggiran kota Surabaya, turut mengontrol kebijakan pemerintah dengan aksi demonstrasi dan lain sebagainya.

                                   
                                    Komisariat Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar

DPC GmnI Kota Surabaya © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute